iklan

Tuesday, December 4, 2018

Laporan Praktikum Fisiologi Nutrisi Pengukuran Laju Absorpso Glukosa pada Mencit


PENGUKURAN LAJU ABSORPSI GLUKOSA PADA MENCIT



Description: logo unsoed
 









Oleh :
Nama              : Niki Andalusi
NIM                : B1A015082
Rombongan   : I
Kelompok      : 1
Asisten            : Dian Krisna Arifiani






LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI NUTRISI





KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I.          PENDAHULUAN
1.1    Latar belakang
Absorbsi merupakan proses dimana nutrien yang berasal dari makanan masuk ke dalam cairan dan jaringan tubuh. Dalam penelitian ini absorbsi merupakan proses masuknya nutrien makanan melalui sel-sel dinding usus halus. Nutrien atau zat gizi dalam makanan sebagian besar berada dalam bentuk kompleks, sedangkan proses absorbsi melalui sel dinding usus halus hanya dapat dilakukan oleh nutrien dalam bentuk sederhana, karenanya nutrien dalam bentuk komplek tersebut perlu disederhanakan terlebih dahulu menjadi bentuk sederhana sehingga siap untuk diserap. Faktor yang mempengaruhi mekanisme absorbsi dalam saluran cerna adalah pH usus, suhu lingkungan, buffer,hormonal,  dan kerja enzim. Kadar metabolisme yang diukur adalah: Massa glukosa darah (60), pool glukosa atau ekstrakuler, dan derajat oksidasi glukosa (DOG). Nilai parameter metabolisme glukosa dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan uji jarak Duncan. Pemberian brotowali pada kelinci menyebabkan penurunan seluruh glukosa yang ada dalam tubuh dan menyebabkan penurunan pool glukosa (Rasan,1998).
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh manusia, yang menyediakan 4 kalori (kilojoule) energi pangan per gram, karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketois, pemecahan tubuh protein yang berlebihan, kehilangan mineral, dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein. Karbohidrat adalah sumber kalori terbesar dalam makanan sehari-hari dan biasanya merupakan 40-45% dari asupan kalori kita. Selain menjadi sumber energi utama makhluk hidup, karbohidrat juga menjadi komponen struktur penting pada makhluk hidup dalam serat (fiber), seperti selulosa, pektin serta lignin. Ada dua macam karbohidrat yaitu karbohidrat kompleks dan karbohidrat simpleks. Karbohidrat kompleks misalnya nasi, biji-bijian, kentang, dan jagung, sedangkan contoh Karbohidrat simpleks adalah gula dan pemanis lainnya. Nama lain dari karbohidrat adalah sakarida, berasal dari bahasa Arab "sakkar" yang artinya gula. Melihat struktur molekulnya, karbohidrat lebih tepat didefenisikan sebagai polihidroksialdehid atau polihidroksiketon (Fessenden, 1990).
Dalam tubuh manusia karbohidrat dapat dibentuk dari beberapa asam amino dan sebagian lemak.  Tetapi sebagian  besar karbohidrat diperoleh dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari, terutama bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.  Pada tanaman karbohidrat dibentuk dari reaksi CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari melalui proses fotosintesis dalam sel tanaman yang berklorofil (Winarno, 2004).
1.2 Tujuan
            Tujuan dari praktikum kali ini yaitu mengevaluasi laju absorpsi glukosa pada hewan setelah mengkonsumsi karbohidrat .
II. MATERI DAN METODE
2.1 Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu GlukoDr beserta kitnya,  kanula, kandang mencit, dan spuit.  
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu mencit, glukosa, fruktosa, maltosa, sukrosa, laktosa, dan CMC.
2.2 Metode
Metode yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu
1.        10% larutan glukosa, fruktosa, maltosa, sukrosa, laktosa dibuat
2.        Mencit yang sudah dipuasakan 24 jam sebelum praktikum disiapkan.
3.        Berikan larutan karbohidrat sebanyak 0,5 ml dengan menggunakan spuit dan kanula pada mencit.
4.        Hitung kadar gula dalam darah mencit pada menit ke 5, 15, dan 45 setelah diberi larutan karbohidrat.
5.        Hasil yang didapatkan ditulis di papan tulis.
III.             HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah
Kelompok
Larutan Karbohidrat
Kadar Glukosa dalam Darah (mg/dL)
1
2
1
Glukosa
133 (7 menit)
120 (47 menit)
Sukrosa
21 (24 menit)
30 (49 menit)
2
Laktosa
225 (42 menit)
119 (64 menit)
Glukosa
164 (40 menit)
122 (64 menit)
3
Fruktosa
72 (32 menit)
59 (60 menit)
Laktosa
101 (28 menit)
60 (33 menit)
4
Maltosa
51 (7 menit)
165 (51 menit)
Glukosa
204 (10 menit)
56 (52 menit)
5
Fruktosa
114 (36 menit)
117 (63 menit)
Sukrosa
152 (36 menit)
141 (63 menit)




3.1 Pembahasan
Hasil perlakuan dan pengamatan rombongan I adalah sebagai berikut. Kadar gula darah mencit kelompok 1 yang diberikan larutan glukosa pada menit ke-5, menit ke-15  berturut-turut adalah sebesar 133 mg/dL dam 120 mg/dL. Kadar gula darah mencit setelah pemberian larutan sukrosa pada menit ke 5 dan menit ke 15 adalah 21 mg/dL dan 30 mg/dL. Kadar gula darah mencit kelompok 2 setelah diberikan larutan laktosa pada menit ke 5 dan menit ke 15 adalah 225 mg/dL dan 119 mg/dL, kadar gula darah setelah diberikan larutan glukosa pada menit ke 5 dan 15 adalah 164 mg/dL dan 122 mg/dL. Kadar gula darah kelompok 3 setelah pemberian larutan fruktosa pada menit ke 5 dan menit ke 15 adalah 72 mg/dL dan 59 mg/dL. Kadar gula darah setelah pemberian larutan laktosa pada enit ke 5 dan menit ke 15 adalah 101 mg/dL dan 60 mg/dL. Kadar gula darah mencit kelompok 4 setelah pemberian maltosa pada menit ke 5 dan menit ke 15 adalah 51 mg/dL dan 165 mg/dL. Kadar gula darah setelah pemberian glukosa pada menit ke 5 dan menit ke 15 adalah  204 mg/dL dan 56 mg/dL. Kadar glukosa darah mencit kelompok 5 setelah pemberian larutan frukosa pada menit ke 5 dan 15 adalah 114 mg/dL dan 117 mg/dL. Kadar gula darah setelah pemberian larutan sukrosa pada menit ke 5 dan menit ke 15 adalah 152 mg/dL dan 141 mg/dL. Menurut Malole & Pramono (1989), kadar glukosa dalam darah normal pada mencit adalah 62-175 mg/dl. Apabila kadar glukosa dalam darah melebihi angka tersebut maka mencit dapat dipastikan dalam keadaan hiperglikemik. Hiperglikemia dapat memperparah kerusakan sel-beta. Alasannya, kondisi hiperglikemia kronis cenderung meningkatkan pembentukan radikal bebas (ROS) melalui jalur metabolisme glukosa seperti autooksidasi glukosa, metabolisme pembentukan metilglioksal, dan fosforilasi oksidatif. ROS yang berlebih ini meningkatkan kejadian stress oksidatif dan merusak sel beta pankreas.
Karbohidrat merupakan senyawa karbon, hydrogen dan oksigen yang terdapat dalam alam. Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O. Karbohidrat sebenarnya adalah polisakarida aldehida dan keton atau turunan mereka. Salah satu perbedaan utama antara berbagai tipe-tipe karbohidrat ialah ukurannya. Monosakarida adalah satuan karbohidrat yang tersederhana, mereka tidak dapat dihidrolisis enjadi molekul karbohidrat yang lebih kecil. Monosakarida dapat diikat bersama-sama membentuk dimer, trimer dan sebagainya dan akhirnya polimer.. Sedangkan monosakarida yang mengandung gugus aldehid disebut aldosa. Glukosa, galaktosa, ribose, dan deoksiribosa semuanya adalah aldosa. Monosakarida seperti fruktosa dengan gugus keton disebut ketosa. Karbohidrat tersusun dari dua atau delapan satuan monosakarida dirujuk sebagai oligosakarida (Poedjiadi, 2006).
Menurut Poedjiadi (2006), berdasarkan sifat-sifatnya terhadap zat-zat penghidrolisis karbohidrat dibagi dalam 4 kelompok utama yaitu:
1. Monosakarida yaitu karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisa menjadi senyawa yang lebih sederhana terdiri dari satu gugus cincin. Contoh dari monosakarida yang terdapat di dalam tubuh ialah glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
2. Disakarida senyawa yang terbentuk dari gabungan dua molekul atau lebih monosakarida. Contoh disakarida ialah sukrosa, maltosa dan laktosa.
3. Glikosida yaitu senyawa yang terdiri dari gabungan molekul gula & molekul non gula.
4. Polisakarida yaitu polimer yang tersusun oleh lebih dari lima belas monomer gula. Dibedakan menjadi dua yaitu homopolisakarida dan heteropolisakarida.
Pencernaan karbohidrat dimulai semenjak berada di mulut. Enzim ptyalin (α–amilase) yang dihasilkan bersama dengan liur akan memecah polisakarida menjadi disakarida. Selanjutnya pencernaan terakhir sampai usus halus yang mengubah disakarida menjadi monosakarida melalui beberapa enzim yaitu maltosa, sukrasa dan laktosa yang sering disebut karbohidratase. Disakarida selanjutnya dihidrolisis menjadi monosakarida. Monosakarida ini juga diabsorpsi di membran mukosa usus halus serta melalui sel-sel absorpsi usus sampai semua monosakarida terabsorpsi. Glukosa yang tidak digunakan oleh jaringan akan ditransfer kedalam hati dan otot menjadi glikogen oleh hormone insulin. Fraksi karbohidrat yang terbatas yang tidak segera dibakar disimpan sebagai glikogen di dalam hepar dan otot. Sisanya dengan cepat diubah menjadi asam lemak dan gliserol dan akhirnya disimpan sebagai trigliserida dalam jaringan adiposa. Karbohidrat yang diserap oleh tubuh berbentuk monosakarida seperti glukosa, galaktosa dan fruktosa. Monosakarida dalam saluran pencernaan diserap ke dalam darah portal 8 dibawa ke dalam hepar. Sel hepar yang berisi sejumlah besar glukosa fosfatase. Glukosa 6- fofatase dalam hepar diubah kembali menjadi glukosa dan fosfat. Glukosa yang dihasilkan di transpor kembali melalui membrane sel hepar ke dalam darah menuju sel-sel jaringan tubuh melalui membran sel masuk kedalam sitoplasma sel. Kecepatan pengangkutan glukosa dan beberapa monosakarida ke dalam jaringan tubuh sangat ditingkatkan oleh insulin. Sedangkan masuknya glukosa kedalam sel melalui membran dengan mekanisme difusi pasif yang dimungkinkan oleh ikatan tertentu dari protein pembawa (carier) membran glukosa (Guyton & Hall, 2005).
Hormon insulin yang dihasilkan oleh kelompok-kelompok sel endokrin pankreas, yaitu pulau Langerhans, mengontrol pengambilan glukosa oleh sel-sel dan sintesis glikogen. Peningkatan gula dalam darah merangsang sel-sel pankreas untuk memproduksi insulin. Insulin diangkut melalui darah ke seluruh tubuh tempat zat ini merangsang sintesis glikogen dalam sel otot dan hati. Reaksi kebalikannya, yaitu perombakan glikogen menjadi glukosa diatur oleh enzim pankreas, glukagon, dan oleh epinefrin. Tetapi sel-sel otot tidak mempunyai enzim untuk mengubah glukosa-6-fosfat menjadi glukosa, sehingga glikogen otot hanya dapat dipergunakan sebagai penimbunan energi untuk sel otot (Widodo, 2006).    
Glukosa merupakan karbohidrat terpenting yang kebanyakan diserap ke dalam aliran darah sebagai glukosa dan gula lain diubah menjadi glukosa di hati. Glukosa adalah bahan bakar utama dalam jaringan tubuh serta berfungsi untuk menghasilkan energi (Amir et al., 2015). Hati adalah organ utama untuk metabolisme glukosa. Selain mengekspresikan enzim yang terlibat dalam metabolisme glukosa dan regulasi, hati memiliki banyak terlibat dalam detoksifikasi dan toksisitas. Sebagian besar zat pada saat masuk ke dalam tubuh terutama dimetabolisme di dalam hati (Dey et al., 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah, yaitu:
1.        Diet
Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti usia, penyakit lain, makanan, latihan fisik, obat hipoglikemia oral, insulin, emosi, dan stress. Makanan atau diet merupakan factor utama yang berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah (Kay, 1998). Respon peningkatan kadar glukosa darah setelah makan berhubungan dengan sifat monosakarida yang diserap, jumlah karbohidrat yang dikonsumsi, tingkat penyerapan, dan fermentasi kolon (Nawangsari, 1984).
2.        Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang kurang juga dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah. Aktivitas fisik merupakan gerakan yang dihasilkan oleh kontraksi otot rangka yang memerlukan energi melebihi pengeluaran energi selama istirahat. Latihan merupakan bagian dari aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur dengan gerakan secara berulang untuk meningkatkan atau mempertahankan kebugaran fisik. Selama melakukan latihan otot menjadi lebih aktif dan terjadi peningkatan permiabilitas membrann serta adanya peningkatan aliran darah, akibatnya membran kapiler lebih banyak yang terbuka dan lebih banyak reseptor insulin yang aktif dan terjadi pergeseran penggunaan energi oleh otot yang berasal dari sumber asam lemak ke penggunaan glukosa dan glikogen otot. Aktivitas fisik meningkatkan transport glukosa melalui Glucose Transporter-4 (GLUT-4) kedalam membran sel yang memungkinkan terajadinya mekanisme peningkatan AMP otot. AMP kinase menyebabkan perubahan metabolisme termasuk metabolisme glukosa sehingga dengan meningkatnya intensitas dan durasi latihan akan lebih banyak menggunakan pemecahan karbohidrat (Almatsier, 2004). Fase pemulihan setelah aktivitas terjadi proses pengisian kembali cadangan glikogen otot dan hepar yang berlangsung sampai 12-72 jam sesuai dengan berat dan ringannya latihan yang dilakukan (Suarsana et al., 2010).
3.        Penggunaan obat
Kadar glukosa darah juga dapat dipengaruhi oleh penggunaan obat hipoglikemia oral maupun dengan insulin. Mekanisme kerja obat dalam menurunkan kadar glukosa darah antara lain dengan merangsang kelenjar pancreas untuk meningkatkan produksi insulin, menurunkan produksi glukosa dalam hepar, menghambat pencernaan karbohidrat sehingga dapat mengurangi absorpsi glukosa dan merangsang reseptor. Insulin yang diberikan lebih dini dan lebih agresif menunjukkan hasil klinis yang lebih baik terutama berkaitan dengan masalah glukotoksisitas yang ditunjukan dengan adanya perbaikan fungsi sel beta pankreas (Umar, 2008).
4.        Stress
Stress dapat meningkatkan kandungan glukosa darah karena stress menstimulus organ endokrin untuk mengeluarkan ephinefrin, ephinefrin mempunyai efek yang sangat kuat dalam menyebabkan timbulnya proses glikoneogenesis di dalam hati sehingga akan melepaskan sejumlah besar glukosake dalam darah dalam beberapa menit (Guyton & Hall, 2007). Hal ini yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah pada saat stress atau tegang. Penyakit ini hanya dapat dikendalikan saja tanpa bisa diobati dan komplikasi yang ditimbulkan juga sangat besar seperti penyakit jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal, dan kerusakan sistem saraf (Nurachman, 2003).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil dari pengukuran glukosa darah mencit yang tidak signifikan ketika sebelum dan sesudah perlakuan adalah kondisi mencit pada saat pengukuran glukosa darah awal sebelum perlakuan dan setelah perlakuan sedang tidak stabil kondisi hormonalnya, sedang dalam keadaan stress, adanya gangguan dari mencit lain, dan kondisi lingkungan tempat tinggal yang tidak sama dengan habitat aslinya (Widodo, 2006). Kemampuan penyerapan glukosa di usus dipengaruhi oleh glukosa luminal melalui aktivasi Intestinal Sweet Taste Receptors (STRs), cotransporter glukosa I (SGLT-1), dan glukosa transporter 2 (GLUT2) (Nguyen et al., 2015).



IV.             KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa absorbsi gula yang dapat diserap dengan cepat oleh tubuh adalah golongan monosakarida (glukosa), sedangkan golongan yang lebih kompleks yaitu disakarida (sukrosa, laktosa) lebih lambat diserap karena membutuhkan waktu lebih lama untuk didegradasi.




DAFTAR REFERENSI
Amir, S.M.J., Wungouw, H & Pangemanan, D. 2015. Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Puskesmas Bahu Kota Manado. Jurnal e-Biomedik, 3 (1), pp. 32-40
Dey, A. 2013. Role of Liver in Glucose Metabolism. Journal of Emergency Med, 3(5), pp. 1-3.
Fessenden, Ralp J. 1990. Kimia Organik Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Guyton A.C & Hall, J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC.
Guyton, A.C. & Hall, J.E., 2007. Efek Insulin Terhadap Metabolisme Karbohidrat dan Lemak. Jakarta: EGC.
Kay, I., 1998. Introduction to Animal Physiology. New York: Bioscientific Publisher. Springer Verley.
Malole, M.B.M. & Pramono, C.S.U., 1989. Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di Laboratorium. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Nguyen, N.Q., Debreceni, T.L., Bambrick, J.E., Chia, B., Wishart, J., Deane, A.M., Rayner, C.K., Horowitz, M., & Young, R.L. 2015. Accelerated Intestinal Glucose Absorption in Morbidly Obese Humans: Relationship to Glucose Transporters, Incretin Hormones, and Glycemia. jcem.endojournals, 100 (3), pp. 968–976.
Nurachman, Z., 2003. Diabetes. Bandung: ITB Press.
Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press.
Rasan, Mastarie S. 1998. Pengaruh brotowali [Tinospora crispa (L.) Miers] terhadap metabolisme glukosa pada kelinci,vol 4. Jakarta : Kelompok Kerja Nasional Tumbuhan Obat Indonesia
Suarsana, I.N., Priosoeryanto, B.P., Bintang, M., & Wresdiyati, T., 2010. Profil Glukosa Darah dan Ultrastruktur Sel Beta Pankreas Tikus yang Diinduksi Senyawa Aloksan. JITV, 15(2): 118-123.
Umar, S., 2008. Analisis Karbohidrat. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Widodo, W. 2006. Pengantar Ilmu Nutrisi Ternak. Bogor: IPB
Winarno, F. O. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Thursday, March 9, 2017

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI KADAL


ANATOMI KADAL
(Eutropis multifasciata)










Oleh :
Nama              : Niki Andalusi
NIM                : B1A015082
Rombongan   : III
Kelompok      : 2
Asisten            : Ani Septiani








LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN









KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I.  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri umum kelas ini yang membedakannya dengan kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit secara total yaitu pada anggota sub-ordo Ophidia dan pengelupasan kulit sebagian pada anggota sub-ordo Lacertilia. Sedangkan pada Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit (Brotowidjoyo, 1993).
Kadal (Eutropis multifasciata) termasuk hewan vertebrata yang termasuk kedalam class Reptilia (ordo Squamata), yaitu sekelompok vertebrata yang mampu menyesuaikan diri di tempat yang kering di tanah. Kadal memiliki panjang tubuh kurang dari 40 cm. Kulitnya kering karena tidak memiliki kelenjar mukus. Lapisan luar yang menanduk dari kulit mengelupas secara berkala (Radiopoetro, 1991).
Kadal termasuk golongan reptilian yang berdarah dingin, karena tidak dapat mempertahankan tubuhnya pada saat hangat yang tetap. Berbeda dengan burung dan mamalia, reptile tidak memiliki bulu agar tetap hangat dan kelenjar keringat untuk menyejukkan suhu tubuh mereka mengikuti suhu lingkungan. Dari sekian ribu jenis reptil, kadal termasuk jenis yang baik digunakan sebagai bahan praktikum karena selain mudah didapat juga mudah untuk di bedah (Sukiya, 2005).
Tubuh kadal memanjang, tertekan lateral, berkaki empat, kuat dan dapat digunakan untuk memanjat. Mandibula  bersatu di bagian anterior dan tulang pterigoid, berkontak dengan tulang kuadrat. Kelopak mata dapat digerakkan. Sabuk  pectoral dapat berkembang baik dan mulut lengkap. Ekornya digunakan untuk keseimbangan gerak ketika berlari (Ville et al., 1998).
Praktikum kali ini menggunakan Kadal (Eutropis multifasciata) di gunakan sebagai preparat karena mewakili class reptilian. Praktikum ini menggunakan Eutropis multifasciata karena hewan ini tidak berbisa sehingga tidak berbahaya. Selain itu, hewan ini mempunyai struktur morfologi dan anatomi yang mudah diamati.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Struktur Hewan kali ini adalah untuk mengetahui Morfologi dan Anatomi Kadal (Eutropis multifasciata).




















II.   MATERI DAN METODE
A.    Materi
Alat yang digunakan adalah Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, gunting bedah.
Bahan yang digunakan adalah Kadal (Eutropis multifasciata), air kran, kloroform, tissue.

B.  Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.        Kadal dibius dengan dimasukkan ke larutan klorofom dan dibiarkan sampai mati lemas.
2.        Setelah mati kadal dibedah dan pembedahan dimulai dengan pengguntingan di depan lubang kloaka ke sisi kiri dan kanan tubuh kemudian ke arah depan melewati kaki depan sampai ke tengah rahang atas.
3.        Hemipenis kadal dapat diketahui dengan cara menekan pangkal ekor.
4.        Bagian-bagian rongga mulut dapat diketahui dengan cara menggunting kedua sudut mulut lebar-lebar, rahang dibuka kemudian ditarik bagian atas dan bawah, maka bagian dalam akan kelihatan.
5.        Bagian-bagian dalam tubuh reptil diamati dan digambar serta diberi keterangan gambar.












B.     Pembahasan
Klasifikasi kadal (Eutropis multifasciata) menurut Ibrahim dkk. (2003) adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Class                : Reptilia
Ordo                : Squamata
Sub ordo         : lacertilia
Famili              : Scincidae
Genus              : Eutropis
Spesies            : Eutropis multifasciata
Kadal (Eutropis multifasciata) masuk dalam ordo Lacertilia (sauria) yang mempunyai ciri-ciri antara lain kuku panjang, tapi kurang dari 30 cm, kaki 4 buah yang kadang- kadang tereduksi atau hilang sama sekali. Mandibula menyatu di bagian anterior, tulang kuadrat berkontrak dengan pterigoid, sehingga terbukanya mulut terbatas (tidak seperti ular). Kelopak mata biasanya dapat digerakan (Brotowidjoyo, 1993).  
Hasil pengamatan morfologi Kadal (Eutropis multifasciata) didapatkan bahwa tubuh terbagi menjadi tiga bagian yaitu caput, truncus dan cauda. Kadal mempunyai dua pasang kaki yang terletak pada bagian bawah, sepasang di depan dan sepasang di belakang. Kulit kadal umumnya tertutup oleh lapisan squama epidermal yang menanduk, di bawahnya disokong oleh lamina derminalis yang menulang. Lubang pelepasan berupa celah tranversal (Radiopoetro, 1977).
Menurut Brotowidjoyo (1993), ciri-ciri khusus dari Kadal yaitu terdapat zat tanduk di sepanjang permukaan tubuhnya, mempunyai  cauda atau ekor, jantungnya terdiri dari dua antrium dan ventriculus. Kadal  mempunyai dua pasang anggota badan bersifat pentadectil yaitu extrimitas anterior dan extrimitas posterior .
Kadal dari genus Eutropis banyak macamnya, dan tersebar di banyak lokasi di dunia. Spesies kadal yang umum ditemukan di Indonesia adalah Eutropis multifasciata.  Kadal merupakan hewan berkaki empat, kebanyakan hidup di atas tanah berumput, diantara bebatuan, pepohonan, ada juga yang hidup di gurun pasir. Umumnya kulit mengkilap dan berwarna kehijauan sampai coklat. Kulit hewan ini bersisik sehingga mudah  beradaptasi di udara kering (Miralles et al, 2009).
Ciri-ciri morfologi dari kadal adalah bagian-bagian kadal dibagi menjadi tiga yaitu kepala, badan dan ekor. Pada bagian kepala terdapat hidung, mata,  mulut, pada mulut terdapat choana priver, dentes, palatum, choana sekunder, ostium tubuli auditif, faring rima glatis dan lingua titida pada kadal alat pendengaranya berupa membran timfani. Pada alat geraknya kadal mempunyai kaki empat dimana pada bagian depan terdiri dari branchium dibagian paling atas, ante branchium dibawah branchium, manus adalah telapak tangan dan digiti (jari-jari) terdapat 5 pasang. Pada tiap digiti terdapat cakar-cakar yang berfungsi untuk membunuh mangsa. Pada kaki bagian belakang terdiri dari femur, crus, pes dan digiti. Digiti pada bagian kaki depan dan belakang berbeda dimana perbedaanya terdapat pada ibu jarinya. Ekor pada kadal mempunyai panjang dua kali panjang tubuhnya. Sisik pada kadal bersifat halus dan mengkilat pada bagian belakang terdapat sisik sosmoid (Condrokusumo, 1983).
Tubuh kadal memanjang, tertekan lateral, berkaki empat, kuat dan dapat digunakan untuk memanjat. Mandibula  bersatu di bagian anterior dan tulang pterigoid, berkontak dengan tulang kuadrat. Kelopak mata dapat digerakkan. Sabuk  pectoral dapat berkembang baik dan mulut lengkap. Ekornya digunakan untuk keseimbangan gerak ketika berlari (Ville et al., 1998).
Mabouya multifasciata mempunyai kulit yang bersisik dan kering. Kulitnya yang kurang menembus air, sehingga cairan yang hilang dari badan melalui kulit sedikit. Tulang rusuk pada kadal dapat bergantian merenggang kemudian merapat karena terdapat perangkat otot-otot tulang rusuk yang yang berlawanan (Kimball, 1991).
Tubuh kadal tertutupi oleh kulit kering dengan sisik-sisik zat tanduk di permukaanya tanpa adanya kelenjar-kelenjar berlendir. Bagian perut kadal mempunyai sisik berwarna putih kekuning-kuningan, pada bagian punggung berwarna antara kuning coklat sampai coklat tua. Warna sisik pada kadal tergantung dari umur, jenis kelamin, keadaan lingkungan dan keadaan fisiologis tubuhnya (Radiopoetro, 1991)
Sistem pencernaan pada Kadal yaitu mulut yang dapat terbuka lebar memiliki dentes (gig-gig) yang berfungsi untuk keperluan ofensif dan mempertahankan serta mengunyah. Barisan gigi itu dapat dibedakan atas dua deretan, deretan gigi yang conisch (bentuk kerucut) menempel pada rahang dan gigi ini sebagai gigi pleurodont, bengkok ke arah cavum oris. Pada palatum (tulang langit-langit) terdapat deretan gigi halus yang disebut dentes palatini. Lingua yang tipih bersifat bipida (bercabang dua) terletak di dasar cavum oris. Dibelakang faring terdapat oesophagus yang merupakan saluran silindris menuju ventriculus yang terdiri atas bagian vundus yang agak bulat dan bagian kecil di sebut viloris bagian ini bersambung dengan intestinum tenue (usus halus) terus di lanjutkan oleh intestinum crasum (usus besar) yang sering di sebut rektum. Diantara kedua intestinum itu terdapat caecum yang sangat pendek akhirnya rektum bermuara pada kloaka. Gladulae digestiva berupa hepar yang terdiri atas lobus dexter dan sinister berwarna coklat. Pada bagian caudal lobus dexter hepatis terdapat vesica fellea. Glandulae pancreatisa terlatak antara ventriculum dan bagian craneal intestinum tenue. Kloaka merupakan muara umum untuk tractus digestiva, excretoria dan reproductiva (Jasin, 1989).
Paru-paru Kadal sudah berkembang baik dan ukurannya cukup besar. Bagian sirkulasi  Kadal berupa jantung yang dibungkus membran transparan (pericardium) dan dibatasi oleh endokardium. Sistem respiratoria terdiri dari struktur yang terletak diantara nostril dan paru-paru yaitu glottis dan laring (Storer dan Usinger, 1957).
Respirasi dimulai dengan masuknya udara ke nares externa, kemudian masuk ke nares interna melalui glottis sebagai celah lingua menuju ke laring. Laring tersusun atas tiga buah tulang rawan dan berisi beberapa pasang pita suara. Udara kemudian menuju trakhea yang bercabang menjadi dua bronchi yang kemudian masing-masing menuju paru-paru (Jasin, 1989).
System ekskresi kadal (Eutropis multifasciata) dibangun oleh sepasang ginjal yang terdapat agak ke pangkal ekor dari belakang, bentuknya gepeng, dan berwarna coklat. Terdapat sepasang ureter yang bermuara pada kantung kemih (vesica urinaria) yang kecil dan berakhir pada lubang kloaka (Jasin, 1989).
Sistem urogenital terdiri dari ginjal sepasang berbentuk tidak teratur, berwarna merah tua, terdiri dari dua lobi anterior dan posterior. Kadal mempunyai kantong kemih atau kantong urin yang berfungsi membawa air untuk melembabkan  tanah yang akan digunakan sebagiai sarang. Ureter bermuara dalam kloaka dan akan diserap kembali ke dalam kantong urine (Jasin,1989).
Sistem genitalia pada Kadal jantan terdiri dari testis yang berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah sepasang, dan terletak di dorsal rongga abdomen. Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat testis bergelung membentuk epididimis. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen yang menghubungkan tubulus seminiferus testis dengan epididimis. Duktus wolf bagian posterior menjadi duktus deferen. Pada kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu dengan ureter dan memasuki kloaka melalui satu lubang, yaitu sinus urogenital yang pendek. Sedangkan pada sistem genitalia betina terdapat ovarium berjumlah sepasang, berbentuk oval dengan bagian permukaannya benjol-benjol. Letaknya tepat di bagian ventral columna vertebralis.  Saluran reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior terbuka ke rongga selom sebagai ostium, sedang bagian posterior bermuara di kloaka. Dinding bersifat glanduler, bagian anterior menghasilkan albumin yang berfungsi untuk membungkus sel telur, kecuali pada ular dan kadal. Bagian posterior sebagai shell gland akan menghasilkan cangkang kapur (Condrokusumo, 1983).
Menurut Brotowidjoyo (1993), bahwa perbedaan antara Kadal betina dan Kadal jantan adalah pada Kadal jantan terdapat sepasang testis, sedangkan pada Kadal betina   memiliki   ovarium. Kadal   jantan   testis   yang   sebelah   kiri   lebih   tinggi daripada testis yang sebelah kanan, sepasang ginjal dan hemipenis. Kadal betina memiliki sepasang ostium tuba, oviduct, dan ovarium. Tubuh Kadal jantan terlihat lebih besar daripada tubuh Kadal betina.












IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
Berdasarkan tujuan

 B.  Saran
Saran untuk praktikum kali ini praktikan diharapkan dapat lebih berhati-hati dalam melakukan proses pembedahan agar preparat tidak rusak serta praktikan lebih berani dalam bergantian melakukan pembedahan.



DAFTAR REFERENSI
Brotowidjoyo, M. 1993. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Ibrahim et al. 2003. An Annotated checklist of Herpetofauna of  Langkawi Island,
            Malaysia. Malayan Nature Journal, 57(IV), pp. 368-381.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan (Vertebrata dan Invertebrata). Surabaya: Sinar
            Wijaya.
Kimball, J. W. 1991. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Miralles, A., Chaparro, J.C., Harvey, M.B. 2009. Aurilien Three Rare Enigmatic
South American skins. Zootaxa, Vol. 2012, pp. 47-68.
Radiopoetra. 1977. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Radiopoetra. 1991. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Storer, Tracy and Usinger, R. 1957. Elements of Zoology. London: Mc Graw Hill
Book Company.
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang.
Ville, C. A., W. F. Walker, R. D. Barries. 1998. General Zoology. Philadelphia: W. B. Saunders Company.