ANATOMI KADAL
(Eutropis multifasciata)

Oleh :
Nama : Niki Andalusi
NIM : B1A015082
Rombongan : III
Kelompok : 2
Asisten : Ani Septiani
LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kata Reptilia berasal dari kata
reptum yang berarti melata. Reptilia merupakan kelompok hewan darat pertama
yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri umum kelas ini yang
membedakannya dengan kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh
kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada
beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan
pergantian kulit secara total yaitu pada anggota sub-ordo Ophidia dan
pengelupasan kulit sebagian pada anggota sub-ordo Lacertilia. Sedangkan pada
Ordo Chelonia dan Crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami pergantian
atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit
(Brotowidjoyo, 1993).
Kadal (Eutropis multifasciata) termasuk hewan vertebrata yang termasuk kedalam class Reptilia (ordo
Squamata), yaitu sekelompok vertebrata yang mampu menyesuaikan diri di tempat
yang kering di tanah. Kadal memiliki panjang tubuh kurang dari 40 cm. Kulitnya
kering karena tidak memiliki kelenjar mukus. Lapisan luar yang menanduk dari kulit mengelupas secara
berkala (Radiopoetro,
1991).
Kadal termasuk golongan reptilian yang berdarah
dingin, karena tidak dapat mempertahankan tubuhnya pada saat hangat yang tetap.
Berbeda dengan burung dan mamalia, reptile tidak memiliki bulu agar tetap
hangat dan kelenjar keringat untuk menyejukkan suhu tubuh mereka mengikuti suhu
lingkungan. Dari sekian ribu jenis reptil, kadal termasuk jenis yang baik
digunakan sebagai bahan praktikum karena selain mudah didapat juga mudah untuk
di bedah (Sukiya, 2005).
Tubuh kadal memanjang,
tertekan lateral, berkaki empat, kuat dan dapat digunakan untuk memanjat. Mandibula bersatu di bagian anterior dan tulang
pterigoid, berkontak dengan tulang kuadrat. Kelopak mata dapat digerakkan.
Sabuk pectoral dapat berkembang baik dan
mulut lengkap. Ekornya digunakan untuk keseimbangan gerak ketika berlari (Ville
et al., 1998).
Praktikum kali ini
menggunakan Kadal (Eutropis
multifasciata) di gunakan sebagai preparat karena mewakili class reptilian.
Praktikum ini menggunakan Eutropis multifasciata karena hewan ini tidak berbisa
sehingga tidak berbahaya. Selain itu, hewan ini mempunyai struktur morfologi
dan anatomi yang mudah diamati.
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Struktur Hewan
kali ini adalah untuk mengetahui Morfologi dan Anatomi Kadal (Eutropis multifasciata).
II. MATERI DAN METODE
A.
Materi
Alat yang digunakan adalah Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, gunting bedah.
Bahan yang
digunakan adalah Kadal (Eutropis multifasciata), air
kran, kloroform, tissue.
B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum
ini adalah sebagai berikut:
1.
Kadal dibius dengan dimasukkan ke larutan klorofom dan dibiarkan sampai mati lemas.
2.
Setelah mati
kadal dibedah dan pembedahan dimulai dengan pengguntingan di depan lubang
kloaka ke sisi kiri dan kanan tubuh kemudian ke arah depan melewati kaki depan
sampai ke tengah rahang atas.
3.
Hemipenis kadal
dapat diketahui dengan cara menekan pangkal ekor.
4.
Bagian-bagian
rongga mulut dapat diketahui dengan cara menggunting kedua sudut mulut
lebar-lebar, rahang dibuka kemudian ditarik bagian atas dan bawah, maka bagian
dalam akan kelihatan.
5.
Bagian-bagian
dalam tubuh reptil diamati dan digambar serta diberi keterangan gambar.
B.
Pembahasan
Klasifikasi kadal (Eutropis multifasciata)
menurut Ibrahim dkk. (2003) adalah sebagai berikut:
Sub ordo :
lacertilia
Spesies :
Eutropis multifasciata
Kadal
(Eutropis multifasciata) masuk dalam ordo
Lacertilia (sauria) yang mempunyai ciri-ciri antara lain kuku panjang, tapi
kurang dari 30 cm, kaki 4 buah yang kadang- kadang tereduksi atau hilang sama
sekali. Mandibula menyatu di bagian anterior, tulang kuadrat berkontrak dengan
pterigoid, sehingga terbukanya mulut terbatas (tidak seperti ular). Kelopak
mata biasanya dapat digerakan (Brotowidjoyo, 1993).
Hasil pengamatan morfologi Kadal (Eutropis
multifasciata) didapatkan bahwa tubuh terbagi
menjadi tiga bagian yaitu caput, truncus dan cauda. Kadal mempunyai dua pasang
kaki yang terletak pada bagian bawah, sepasang di depan dan sepasang di
belakang. Kulit kadal umumnya tertutup oleh lapisan squama epidermal yang menanduk, di bawahnya disokong oleh lamina derminalis yang menulang. Lubang
pelepasan berupa celah tranversal (Radiopoetro, 1977).
Menurut Brotowidjoyo (1993), ciri-ciri khusus dari Kadal
yaitu terdapat zat tanduk di sepanjang permukaan
tubuhnya, mempunyai cauda atau ekor,
jantungnya terdiri dari dua antrium dan ventriculus. Kadal mempunyai dua pasang anggota badan bersifat
pentadectil yaitu extrimitas anterior dan extrimitas posterior .
Kadal
dari genus Eutropis banyak
macamnya, dan tersebar di banyak lokasi di dunia. Spesies kadal yang umum ditemukan
di Indonesia adalah Eutropis multifasciata.
Kadal merupakan hewan berkaki empat, kebanyakan hidup di atas tanah
berumput, diantara bebatuan, pepohonan, ada juga yang hidup di gurun pasir.
Umumnya kulit mengkilap dan berwarna kehijauan sampai coklat. Kulit hewan ini
bersisik sehingga mudah beradaptasi di udara kering (Miralles et al,
2009).
Ciri-ciri morfologi dari kadal adalah
bagian-bagian kadal dibagi menjadi tiga yaitu kepala, badan dan ekor. Pada
bagian kepala terdapat hidung, mata, mulut, pada mulut terdapat choana
priver, dentes, palatum, choana sekunder, ostium tubuli auditif, faring rima
glatis dan lingua titida pada kadal alat pendengaranya berupa membran timfani.
Pada alat geraknya kadal mempunyai kaki empat dimana pada bagian depan terdiri
dari branchium dibagian paling atas, ante branchium dibawah branchium, manus
adalah telapak tangan dan digiti (jari-jari) terdapat 5 pasang. Pada tiap
digiti terdapat cakar-cakar yang berfungsi untuk membunuh mangsa. Pada kaki
bagian belakang terdiri dari femur, crus, pes dan digiti. Digiti pada bagian
kaki depan dan belakang berbeda dimana perbedaanya terdapat pada ibu jarinya.
Ekor pada kadal mempunyai panjang dua kali panjang tubuhnya. Sisik pada kadal
bersifat halus dan mengkilat pada bagian belakang terdapat sisik sosmoid
(Condrokusumo, 1983).
Tubuh kadal memanjang, tertekan lateral, berkaki
empat, kuat dan dapat digunakan untuk memanjat. Mandibula bersatu di bagian anterior dan tulang
pterigoid, berkontak dengan tulang kuadrat. Kelopak mata dapat digerakkan.
Sabuk pectoral dapat berkembang baik dan
mulut lengkap. Ekornya digunakan untuk keseimbangan gerak ketika berlari (Ville
et al., 1998).
Mabouya multifasciata mempunyai
kulit yang bersisik dan kering. Kulitnya yang kurang menembus air, sehingga
cairan yang hilang dari badan melalui kulit sedikit. Tulang rusuk pada kadal
dapat bergantian merenggang kemudian merapat karena terdapat perangkat
otot-otot tulang rusuk yang yang berlawanan (Kimball, 1991).
Tubuh kadal tertutupi oleh kulit kering dengan sisik-sisik zat tanduk di
permukaanya tanpa adanya kelenjar-kelenjar berlendir. Bagian perut kadal
mempunyai sisik berwarna putih kekuning-kuningan, pada bagian punggung berwarna
antara kuning coklat sampai coklat tua. Warna sisik pada kadal tergantung dari
umur, jenis kelamin, keadaan lingkungan dan keadaan fisiologis tubuhnya
(Radiopoetro, 1991)
Sistem pencernaan pada Kadal yaitu
mulut yang dapat terbuka lebar memiliki dentes (gig-gig) yang berfungsi untuk
keperluan ofensif dan mempertahankan serta mengunyah. Barisan gigi itu dapat
dibedakan atas dua deretan, deretan gigi yang conisch (bentuk kerucut) menempel
pada rahang dan gigi ini sebagai gigi pleurodont, bengkok ke
arah cavum oris. Pada palatum (tulang langit-langit) terdapat deretan gigi
halus yang disebut dentes palatini. Lingua yang tipih bersifat bipida
(bercabang dua) terletak di dasar cavum oris. Dibelakang faring terdapat
oesophagus yang merupakan saluran silindris menuju ventriculus yang terdiri
atas bagian vundus yang agak bulat dan bagian kecil di sebut viloris bagian ini
bersambung dengan intestinum tenue (usus halus) terus di lanjutkan oleh
intestinum crasum (usus besar) yang sering di sebut rektum. Diantara kedua
intestinum itu terdapat caecum yang sangat pendek akhirnya rektum bermuara pada
kloaka. Gladulae digestiva berupa hepar yang terdiri atas lobus dexter dan
sinister berwarna coklat. Pada bagian caudal lobus dexter hepatis terdapat
vesica fellea. Glandulae pancreatisa terlatak antara ventriculum dan bagian
craneal intestinum tenue. Kloaka merupakan muara umum untuk tractus digestiva,
excretoria dan reproductiva (Jasin, 1989).
Paru-paru Kadal sudah berkembang baik dan ukurannya cukup
besar. Bagian sirkulasi Kadal berupa jantung yang dibungkus membran
transparan (pericardium) dan dibatasi oleh endokardium. Sistem respiratoria terdiri
dari struktur yang terletak diantara nostril dan paru-paru yaitu glottis dan
laring (Storer dan Usinger, 1957).
Respirasi dimulai dengan masuknya udara ke nares externa,
kemudian masuk ke nares interna melalui glottis sebagai celah lingua menuju ke laring.
Laring tersusun atas tiga buah tulang rawan dan berisi beberapa pasang pita
suara. Udara kemudian menuju trakhea yang bercabang menjadi dua bronchi yang
kemudian masing-masing menuju paru-paru (Jasin, 1989).
System ekskresi kadal (Eutropis multifasciata) dibangun oleh
sepasang ginjal yang terdapat agak ke pangkal ekor dari belakang, bentuknya
gepeng, dan berwarna coklat. Terdapat sepasang ureter yang bermuara pada
kantung kemih (vesica urinaria) yang kecil dan berakhir pada lubang kloaka (Jasin,
1989).
Sistem urogenital terdiri dari ginjal sepasang berbentuk
tidak teratur, berwarna merah tua, terdiri dari dua lobi anterior dan posterior. Kadal mempunyai
kantong kemih atau kantong urin yang berfungsi membawa air untuk
melembabkan tanah yang akan digunakan
sebagiai sarang. Ureter bermuara dalam kloaka dan akan diserap kembali ke dalam
kantong urine (Jasin,1989).
Sistem
genitalia pada Kadal jantan terdiri dari testis yang berbentuk oval, relatif
kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah sepasang, dan terletak di dorsal
rongga abdomen. Saluran reproduksi,
duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran reproduksi, dan saluran ini akan
menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat testis bergelung membentuk
epididimis. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen yang menghubungkan
tubulus seminiferus testis dengan epididimis. Duktus wolf bagian posterior
menjadi duktus deferen. Pada kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu dengan
ureter dan memasuki kloaka melalui satu lubang, yaitu sinus urogenital yang
pendek. Sedangkan pada sistem genitalia betina terdapat ovarium berjumlah
sepasang, berbentuk oval dengan bagian permukaannya benjol-benjol. Letaknya tepat
di bagian ventral columna vertebralis. Saluran
reproduksi, oviduk panjang dan bergelung. Bagian anterior terbuka ke rongga
selom sebagai ostium, sedang bagian posterior bermuara di kloaka. Dinding
bersifat glanduler, bagian anterior menghasilkan albumin yang berfungsi untuk
membungkus sel telur, kecuali pada ular dan kadal. Bagian posterior sebagai
shell gland akan menghasilkan cangkang kapur (Condrokusumo, 1983).
Menurut
Brotowidjoyo (1993), bahwa perbedaan antara Kadal betina dan Kadal jantan adalah
pada Kadal jantan terdapat sepasang testis, sedangkan pada Kadal betina memiliki
ovarium.
Kadal jantan testis yang sebelah kiri lebih tinggi daripada
testis yang sebelah kanan, sepasang ginjal dan hemipenis. Kadal betina memiliki
sepasang ostium tuba, oviduct, dan ovarium. Tubuh Kadal jantan terlihat lebih
besar daripada tubuh Kadal betina.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan
B.
Saran
Saran untuk praktikum kali ini praktikan diharapkan dapat lebih
berhati-hati dalam melakukan proses pembedahan agar preparat tidak rusak serta
praktikan lebih berani dalam bergantian melakukan pembedahan.
DAFTAR
REFERENSI
Brotowidjoyo, M. 1993. Zoologi
Dasar. Jakarta: Erlangga.
Ibrahim et al. 2003. An Annotated
checklist of Herpetofauna of Langkawi
Island,
Malaysia. Malayan Nature Journal, 57(IV), pp. 368-381.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan (Vertebrata dan Invertebrata). Surabaya: Sinar
Wijaya.
Kimball, J. W. 1991. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Miralles, A.,
Chaparro, J.C., Harvey, M.B. 2009. Aurilien Three Rare Enigmatic
South American
skins. Zootaxa, Vol.
2012, pp. 47-68.
Radiopoetra.
1977. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Radiopoetra.
1991. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Storer,
Tracy and Usinger, R. 1957. Elements of Zoology. London: Mc
Graw Hill
Book
Company.
Sukiya.
2005. Biologi Vertebrata. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Ville, C. A., W. F. Walker, R. D. Barries. 1998. General
Zoology. Philadelphia: W. B.
Saunders Company.