iklan

Wednesday, March 1, 2017

LAPORAN PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP DENYUT JANTUNG DAPHNIA



PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP DENYUT JANTUNG DAPHNIA








 












Oleh :
Nama                      : Niki Andalusi
NIM                        : B1A015082
Rombongan           : IV
Kelompok              : 5
Asisten                    : Estri Jayanti




LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I




KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Crustacea mempunyai anggota seperti udang, teritip, lobster dan lain-lain. Habitat Crustacea meliputi air tawar, air laut, dan air payau. Beberapa larva dan beberapa spesies anggota kelas ini bersifat meliang (tinggal di dalam liang), sedangkan yang lain bersifat pelagik, bahkan ada yang menghuni laut dalam. Sebagian besar hidup bebas dan ada yang hidup dalam kelompok-kelompok besar. Adapun contoh dari anggota Crustacea adalah Daphnia (Soetrisno, 1989).
Daphnia sp. merupakan kelompok udang-udangan kecil yang bersifat non selective filter feeder, mudah dikultur, waktu panen cepat dan dapat diperkaya dengan bahan-bahan tertentu. Di alam, Daphnia sp. mengkonsumsi pakan berupa bakteri, fitoplankton, ciliata, dan detritusDaphnia termasuk filum Arthropoda atau hawan beruas-ruas. Mempunyai tubuh yang bersegmen yang terbungkus dalam suatu eksoskeleton (rangka luar) bersegmen yang kuat terdiri terutama atas kitin, suatu polimer dari N-Asetiglukoamin (NAG) (Darmawan, 2014).
Daphnia termasuk subfilum mandibulata yang memiliki mandibula yaitu sepasang bagian mulut yang digunakan untuk makan dan mempunyai antenna. Subfilum ini dibagi dalam empat kelas yaitu Crustaceae, Chilopoda, Diplopoda, dan Insekta. Daphnia sendiri termasuk dalam kelas Crustaceae berupa plankton yang memiliki ciri-ciri kaliserata, kepala dan thoraks yang melebur menjadi cephalothoraks. Daphnia bernapas dengan insang (Vilee et al., 1984).    
Preparat yang digunakan pada saat praktikum yaitu Daphnia (kutu air). Alasan menggunakan Daphnia karena mudah didapat. Tubuh Daphnia bersifat transparan sehingga memudahkan dalam pengamatan denyut jantungnya.
1.2 Tujuan
Praktikum pengaruh lingkungan terhadap denyut jantung daphnia bertujuan untuk mempelajari pengaruh temperatur lingkungan dan zat kimia terhadap denyut jantung daphnia.



II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1 Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah daphnia, es batu, air panas, dan alkohol 5%.
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah mikroskop, cavity slide, termometer, sendok plastik, dan hand counter.
2.2 Cara kerja
            Cara kerja yang dilakukan pada praktikum pengaruh lingkungan terhadap denyut jantung daphnia yaitu
1.      Daphnia diambil dan diletakan di cavity slide.
2.      Ukur temperatur air yang digunakan.
3.      Amati denyut jantung daphnia dibawah mikroskop dan hitung denyut jantungnya.
4.      Ulangi langkah 1 hingga 3 pada suhu yang berbeda.



III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 3.1 Hasil pengamatan Daphnia
Kel
Normal
Panas
Dingin
Alkohol
Suhu
Denyut
Suhu
Denyut
Suhu
Denyut
Suhu
Denyut
1
28oC
224
66 oC
148
1 oC
144
5%
252
2
28 oC
252
57 oC
304
5 oC
296
5%
268
3
28 oC
204
72 oC
192
5 oC
180
5%
92
4
27 oC
192
66 oC
264
7 oC
120
5%
212
5
28 oC
372
59 oC
248
5 oC
272
5%
292

Gambar 3.1 Daphnia



3.2 Pembahasan
Daphnia adalah crustaceae yang merupakan hewan planktonik kecil yang berukuean 1-5 mm, termasuk kedalam subordo Cladocera, yang biasa ditemukan di perairan air tawar yang biasa disebut kutu air (Siciliano et al., 2015). Disebut demikian karena cara bergerak yang unik dari organisme ini di dalam air. Ada terdapat banyak spesis (kurang lebih 400 spesis) dari Daphniidae dan distribusinya sangat luas. Dari semua spesis yang ada, Daphnia dan Moina yang paling dikenal, dan sering digunakan sebagai pakan untuk larva ikan (Pangkey, 2009). Daphnia hidup di air tawar, tubuhnya transparan dan tidak berwarna apabila air sebagai tempat hidupnya teraerasi dengan baik. Alat gerak utamanya adalah antenna yang mengatur gerakan ke atas dan ke bawah. Daphnia selalu ditemukan di tempat hidupnya dengan posisi kepala diatas. Jantung Daphnia merupakan struktur globular kecil di bagian anterior dan dorsal badan (Widyanita, 2008). Menurut Barry (2002), daphnia dapat berbagi mekanisme pengaturan umum yang mendasari neurologis dengan banyak spesies lain. Jadi, efek pada daphnia dapat menunjukkan potensi dampak pada beragam taksa.
Jantung Daphnia merupakan struktur globular kecil di bagian anterodorsal badan. Kecepatan denyut jantungnya dipengaruhi beberapa faktor, antara lain suhu lingkungan dan zat kimia (Soegiri, 1988). Guyton (1976) menambahkan bahwa  dalam keadaan normal denyut jantung per menit sekitar 100 - 150 kali per menit. Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung besar..
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi denyut jantung Daphnia, antara lain: Kecepatan denyut jantung Daphnia dipengaruhi beberapa faktor salah satunya suhu lingkungan (Widyanita, 2008), suhu, oksigen terlarut, dan pH. Daphnia dapat beradaptasi dengan baik pada perubahan lingkungan hidupnya dan termasuk dalam ketegori hewan eutitropik dan tahan terhadap fluktuasi suhu harian atau tahunan. Kisaran suhu yang dapat ditolerir bervariasi sesuai adaptasinya pada lingkungan tertentu (Mokoginta, 2003). Waterman (1990) menambahkan bahwa ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi denyut jantung yaitu: aktifitas (jantung Daphnia akan menjadi lambat setelah makan), ukuran dan umur, spesies yang besar cenderung mempunyai denyut jantung lebih lambat, cahaya (Daphnia dalam lingkungan gelap mengalami penurunan denyut jantung), dan zat kimia penggunaan eter (Eter sering menyebabkan penurunan aktifitas jantung).
            Hasil pengamatan menunjukan denyut jantung per menit pada  daphnia, pengamatan dilakukan dengan memberikan 4 perlakuan yaitu pada suhu normal, panas, dingin, dan alkohol 5%. Denyut jantung per menit daphnia pada keadaan normal berdasar perhitungan kelompok 1 hingga 5 bertutut-turut adalah 224, 252, 204, 192, dan 372 denyut per menit. Denyut jantung per menit  pada keadaan panas bertutut-turut adalah 148 pada suhu 66oC, 304 pada suhu 57 oC, 192 pada suhu 72 oC, 264 pada suhu 66 oC, 248 pada suhu 59 oC. Denyut jantung per menit pada keadaan dingin bertutut-turut adalah 144 pada suhu 1 oC, 296 pada suhu 5 oC, 180 pada suhu oC, 120 pada suhu 7 oC dan 272 pada suhu 5 oC. Denyut jantung per menit daphnia pada larutan alkohol 5% berturut-turut adalah 252, 268, 92, 212, dan 292. Hasil tersebut tidak sesuai denggan penyataan Kimball (1988), suhu rendah akan mengakibatkan aktivitas metabolisme turun dan mengakibatkan denyut jantung lambat karena menyuplai sedikit kebutuhan oksigen.



IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.   Denyut jantung Daphnia sp. dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, yakni pada temperatur normal akan berdetak secara normal, namun pada suhu tinggi jantung akan berdenyut lebih cepat dan pada suhu rendah denyut akan melemah.
2.   Faktor yang mempengaruhi kerja jantung Daphnia sp. adalah temperatur, zat kimia, faktor-faktor biologis, cahaya, ukuran tubuh, dan umur.




DAFTAR REFERENSI
Barry, M. J. 2002. Progress toward Understanding the Neurophysiological Basis of Predator-Induced Morphology in Daphnia pulex. Physiological and Biochemical Zoology. Vol. 75 (2) pp. 180.
Darmawan, Jadmiko. 2014. Pertumbuhan Populasi Daphnia Sp. Pada Media Budidaya Dengan Penambahan Air Buangan Budidaya Ikan Lele Dumbo. Berita Biologi. Vol. 13.
Kimball, John W., 1988. Biologi. Edisi Kelima. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Mokoginta, Ing. 2003. Modul: Budidaya Daphnia. Departemen Pendidikan Nasional
Mahyuddin, Kholish. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pangkey, Henneke. 2009. Daphnia dan Penggunaannya. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 5 (3) pp. 34.
Siciliano, Antonietta.,Renato Gesuele, Giovanni Pagano, & Marco Guida. 2015. How Daphnia (Cladocera) Assays may be used as Bioindicators of Health Effects?. J Biodivers Endanger Species. Vol. 1.
Soegiri, N. 1988. Zoologi Umum. Jakarta : Erlangga.
Soetrisno. 1989. Diktat Fisiologi Hewan. Purwokerto : Fakultas Peternakan UNSOED.
Ville, C. A, W.F. Walker and R.D. Barnes. 1988. Zoologi Umum. Jakarta : Erlangga.
Waterman, T.H. 1960. The Phsyology of Crustacea Volume I. New York : Academic Press.
Widyanita, A., Dessy R.DK., Nungki L., Charisama E., Nararia W. W. 2008. Pengaruh Suhu Terhadap Denyut Jantung Daphnia. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.

No comments:

Post a Comment