iklan

Thursday, March 9, 2017

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI IKAN



ANATOMI IKAN NILEM (Osteochilus vittatus)
ANATOMI IKAN LELE (Clarias gariepinus)










Oleh :
Nama              : Niki Andalusi
NIM                : B1A015082
Rombongan   : III
Kelompok      : 2
Asisten            : Ani Septiani








LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN









KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I.  PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ikan merupakan organisme akuatik yang memiliki organ yang kompleks. Ikan terdiri atas beberapa sistem organ yang saling bekerja sama melakukan aktivitas hidup. Ikan adalah hewan berdarah dingin yang hidup di air.bertulang belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan sirip, bernafas dengan insang, dan memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ keseimbangannya (Radiopoetro, 1991).
Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus, dan cauda. Diantaranya tidak ada  pembatas yang nyata sebagai batas antar caput, truncus, dan ekor. Sebagai batas antar caput dan truncus yaitu dari tepi caudal operculum dan sebagai batas antara truncus dan ekor yaitu dari anus (Marshall, 1980).
Ikan lele (Clarias batrachus) adalah vertebrata yang termasuk kelas pisces karena habitatnya di air yaitu hidup di air tawar, dan merupakan family dari Clariidae. Tubuh ikan lele dibagi menjadi 3 bagian yaitu kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (cauda). Dimana bagian kepala dimulai dari ujung moncong sampai dengan batas tutup insang, badan dimulai dari belakang tutup insang sampai dengan anus, dan ekor dimulai dari belakang anus sampai ujung sirip ekor (sarwono, 2007).
Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) merupakan ikan endemic Indonesia yang hidup di sungai-sungai dan rawa-rawa. Namun, sejalan dengan perkembangan, ikan tersebut kemudian dibudidayakan di kolam-kolam untuk tujuan komersial. Hampir 80 % produksi  ikan nilem berasal dari Jawa Barat (Djuhanda, 1984).
Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) dan ikan Lele (Clarias gariepinus) digunakan dalam pratikum kali ini karena ikan Nilem maupun ikan Lele harganya lebih terjangkau. Ikan Lele maupun ikan Nilem mudah didapat. Ukuran ikan tersebut lebih kecil dari pada class Pices yang lain (Marshall, 1980).

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum Struktur Hewan kali ini adalah untuk mengetahui Morfologi dan Anatomi Ikan Nilem (Osteochilus vittatus) dan ikan Lele (Clarias gariepinus).



II.   MATERI DAN METODE
A.   Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah bak preparat, pinset dan gunting
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Ikan Nilem (Ostheochillus vittatus) dan Ikan Lele (Clarias gariepinus )

B.   Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.    Ikan dilumpuhkan syaraf pusatnya dengan cara ditusuk pada kepala hingga tembus ke otak dengan menggunakan gunting bedah.
2.    Ikan di bedah dari lubang urogenitalia (dubur) hingga ke arah anterior sepanjang medioventral searah dengan sirip dada.
3.    Pengguntingan dilakukan dari lubang urogenitalia ke bagian kanan terlebih dahulu. Setelah itu, baru digunting dari lubang urogenitalia ke bagian kiri. Hal ini dilakukan dengan perlahan agar organ dalam tidak rusak sehingga banyak darah yang keluar menutupi organ yang akan diamati.
4.    Setelah digunting, bagian belahan daging dibuka menggunakan bantuan pinset.
5.    Organ dalam ikan diamati. Jika ada bagian yang belum terlihat jelas, maka pengguntingan dilanjutkan tetapi jangan sampai ada bagian yang putus.




B.      Pembahasan
A.      Ikan Nilem (Ostheochilus vittatus)
Ikan Nilem (Osteochilus vittatus), menurut Nelson (1994) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum            : Chordata
Subphylum      : Vertebrata
Super Class     : Taleostomi
Class                : Actinopterygii
Subclass          : Nepterygii
Divison            : Teleostei
Subdivision     : Euteleostei
Superorder      : Ostariophysi
Ordo                : Cypriniformes
Familia            : Cyprinidae
Genus              : Osteochilus
Spesies            : Osteochilus vittatus
Hasil pengamatan praktikum ini didapatkan morfologi luar Ikan Nilem dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu caput, truncus dan cauda. Caput terbentang mulai dari ujung moncong sampai dengan akhir operculum. Truncus membentang dari akhir operculum sampai dengan anus. Cauda terbentang dari belakang  anus sampai dengan ujung sirip ikan. Caput Ikan Nilem meliputi cavum oris (mulut) terdapat pada ujung moncong terdapat gigi pada rahangnya, organon visus (mata) terletak sebelah lateral tanpa kelopak mata dan operkulum. Bagian truncus dari Ikan Nilem terdiri dari berbagai jenis sirip. Sirip-sirip tersebut berfungsi membantu pergerakan Ikan Nilem di dalam air (Jasin, 1989).
Sirip-sirip ikan nilem terdiri dari sirip punggung (pinna dorsalis), sepasang sirip dada (pinna pectoralis), dan sirip perut (pinna abdominalis). Selain sirip pada bagian truncus juga terdapat porus urogenitalis , yaitu lubang tempat alat reproduksi dan tempat pengeluaran hasil ekskresi. Cauda Ikan Nilem terdapat sirip ekor tunggal (pinna analis). Diseluruh bagian tubuh Ikan Nilem juga terdapat sisik dengan bentuk pipih dan bulat sehingga disebut cycloid (Jasin, 1989).
Ikan Nilem mempunyai bentuk tubuh pipih, mulut dapat disembulkan. Posisi mulut terletak diujung hidung (terminal). Posisi sirip perut terletak dibelakang sirip dada (abdominal). Rahang atas sama panjang atau lebih panjang dari diameter mata, sedangkan sungut moncong lebih pendek daripada panjang kepala. Permulaan sirip punggung berhadapan dengan sisik garis rusuk ke-8 sampai ke-10. Bentuk sirip dubur agak tegak, permulaan sirip dubur berhadapan dengan sisik garis rusuk ke-22 atau ke-23 dibelakang jari-jari sirip punggung terakhir. Sirip perut dan sirip dada hampir sama panjang. Permulaan sirip perut dipisahkan oleh 4-4 ½ sisik dari sisik garis rusuk ke-10 sampai ke-12. Sirip perut tidak mencapai dubur, sirip ekor bercagak. Tinggi batang ekor hampir sama dengan panjang batang ekor dan dikelilingi oleh 16 sisik (Weber, de Beaufort 1916, Nuryanto 2001).
Ikan Nilem memiliki sistem pencernaan yang dimulai dari cavum oris, oesophagus, kantung empedu, ductus pneumaticus dan limfa. Dalam tubuhnya dapat terlihat organ pencernaan yaitu usus yang panjang, ini dikarenakan ikan ini termasuk tipe herbivora. Kantung empedu (vesica felea) yang terletak pada usus bagian depan, berupa kantung bulat hijau kebiru-biruan. Kantung empedu ini berhubungan dengan usus melalui ductus choledochus, lalu saluran akhir pencernaan yaitu anus atau porus urogenitalus, hal ini juga diungkapkan oleh Radiopoetro (1977).
Alat respirasi yang terdapat pada Ikan Nilem adalah insang yang terdiri dari empat ruang yang setiap ruangnya terdiri dari dua filament insang tipis. Selain insang juga terdapat operculum yang berfungsi untuk melindungi insang agar saat melakukan respirasi udara yang masuk tidak bercampur dengan masuknya air yang mengikat oksigen ke rongga mulut. Setelah itu, air melewati insang. Pada insang terjadi penyaringan oksigen dan disini terjadi pertukaran gas karbondioksida, di dalam darah yang dikeluarkan melalui insang dan suplai oksigen masuk melalui arus air ketika insang terbuka. Oksigen  yang telah disaring kemudian diedarkan melalui kapiler-kapiler darah yang terdapat pada insang (Storer, 1957).
Sistem urinaria atau eksresi pada Ikan Nilem adalah ren yang terjadi dari mesonephros, ureter yang terjadi dari ductus mesonephridicus, vesica urinaria, dan sinus urogenitalis. Sepasang ren yang memanjang sepanjang dinding dorsal abdomen, kanan dan kiri dari linea mediana. Ureter ialah saluran yang keluar dari ren. Selanjutnya, ureter membesar dan membentuk vesica urinaria. Ureter bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Sinus  urogenitalis bermuara keluar melalui porus urogenitalis yang terdapat caudal dari anus, cranial dari  pangkal pinna analis (Noris dan Rhicard, 1987).
Organ reproduksi pada vertebrata dalam hal ini Ikan Nilem terdiri dari gonad dengan saluran kelenjar aksesoris nya. Ada dua macam gonad, yaitu gonad yang menghasilkan sel kelamin betina (ovum) yang disebut ovarium dan gonad yang menghasilkan sel kelamin jantan (spermatozoa) yang disebut dengan testis. Ikan jantan memiliki sepasang testis yang berukuran panjang, dan terletak di bagian ventral dari ren. Ujung cauda mulai vas deferens yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Ikan betina memiliki sepasang ovarium yang panjang dan secara simetris berada pada sisi kanan dan kiri tubuh. Di sebelah dalam ovarium terdapat banyak sarang-sarang telur yang berisi sel gamet primordial (oogonia atau oosit). Ovarium ini mempunyai rongga yang ke cauda melanjutkan ke oviduct, yang bermuara ke dalam sinus urogenitalis. Fertilisasi dilakukan di dalam air. Telur-telur dilekatkan pada tumbuhan yang ada di air. Ikan nilem jantan dan ikan nilem betina dapat dibedakan setelah ikan masak kelamin. Permukaan luar operkulum (tutup insang) ikan jantan apabila diraba terasa kasar sedangkan ikan betina terasa halus. Ikan jantan apabila diurut perutnya dari operkulum ke papilla genital maka akan keluar cairan seperti santan (milt) sedangkan ikan betina tidak. Perut ikan jantan langsing sedangkan ikan betina membuncit dan lunak. (Radiopoetro, 1991).

B.       Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Ikan Lele (Clarias gariepinus), menurut Djuhanda (1984) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Phylum            : Chordata
Subphylum      : Vertebrata
Class                : Pisces
Subclass          : Teleostei
Ordo                : Ostariophysi
Subordo          : Siluroidae
Famili              : Clariidae
Genus              : Clarias
Spesies            : Clarias gariepinus
Menurut Sarwono (2007), ikan lele (Clarias gariepinus) adalah  vertebrata yang termasuk kelas pisces karena habitatnya di air yaitu hidup di air tawar dan merupakan famili dari clariidae. Tubuh ikan lele terdiri 3 bagian yaitu kepala (caput), badan (truncus) dan ekor (cauda). Dimana bagian kepala dimulai dari ujung moncong sampai dengan batas tutup insang, badan dimulai dari belakang tutup insang sampai dengan anus dan ekor dimulai dari belakang anus sampai ujung sirip ekor.
Tubuh Ikan Lele tidak memiliki sisik, tetapi memiliki kulit berlendir dan  pigmen hitam yang dapat berubah menjadi pucat apabila terkena cahaya matahari, tampak pula alat keseimbangan yang berupa gurat sisi (linea lateralis) dibagian tengah sisi truncusnya. Ikan Lele mempunyai sirip punggung dan sirip dubur yang memanjang sampai ke pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor, mempunyai senjata berupa patil atau taji untuk melindungi dirinya dari serangan atau ancaman dari luar yang membahayakan, panjang maksimum mencapai 400 mm (Jasin, 1989).
Ikan Lele tidak mempunyai gelembung renang (vesica metatoria) yang merupakan alat keseimbangan naik turun dalam air, hal ini dikarenakan ikan lele lebih sering berada didasar perairan (lumpur). Ikan lele memiliki alat pernafasan tambahan yaitu organ arborescent yang berupa kulit tipis menyerupai spons. Dengan adanya alat pernafasan tambahan ini ikan lele dapat hidup pada air dengan kondisi kadar oksigen rendah (Jasin, 1989).
Menurut Puspowardoyo dkk (2002), ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinnus) memiliki morfologi yang mirip dengan ikan lele lokal (Clarias batrachus). Bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng dan batok kepalanya keras, tidak bersisik dan berkulit licin, mulut besar, warna kulit badannya terdapat bercak-bercak kelabu seperti jamur kulit manusia (panu). Ciri-ciri morfologis lele dumbo lainnya adalah sungutnya. Sungut berada di sekitar mulut berjumlah delapan buah atau empat pasang terdiri dari sungut nasal dua buah, sungut mandibular luar dua buah, sungut mandibular dalam dua buah dan sungut maxilar dua buah. Ikan lele dumbo mempunyai lima buah sirip yang terdiri dari sirip pasangan (ganda) dan sirip tunggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada (pectoral) dan sirip perut (ventral), sedangkan yang tunggal adalah sirip punggung (dorsal), ekor(caudal) serta sirip dubur (anal). Sirip dada ikan lele dilengkapi dengan patil atau taji tidak beracun.
Sistem pencernan pada Ikan Lele (Clarias gariepinus) dimulai dari mulut, rongga mulut, faring, oesophagus, lambung, pylorus, usus, rectum dan anus. Struktur anatomi mulut Ikan Lele erat kaitannya dengan caranya mendapatkan makanan. Sungut terdapat disekitar mulut lele yang berperan sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan dan ini terdapat pada ikan yang aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal). Rongga mulut pada ikan lele diselaputi oleh sel-sel penghasil lendir yang mempermudah jalannya makanan ke segmen berikutnya. Rongga mulut ikan lele juga terdapat organ pengecap yang berfungsi untuk menyeleksi makanan. Faring pada ikan berfungsi untuk menyaring makanan yang masuk, karena insang mengarah pada faring maka material bukan makanan akan dibuang melalui celah insang (Djuhanda, 1984).
Sistem respirasi pada Ikan Lele tersusun atas ingsang yang berada pada sisi kiri dan kanan kepala. Menurut Angka, S.L (1990), ikan lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut Aborescent organ yang merupakan menbran yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Alat ini terletak di dalam ruangan sebelah atas insang. Dalam sejarah hidupnya lele harus mengambil oksigen dari udara langsung, untuk itu ia akan menyembul kepermukaan air. Oleh karena itu jika pada kolam terdapat banyak eceng gondok ikan ini tidak berdaya.
Organ utama pada sistem ekskresi Ikan Lele (Clarias gariepinus) adalah ginjal. Urin yang dihasilkan ginjal disalirkan melalui ureter yang berjalan di pinggiran rongga-rongga abdomen sebelah dorsal menuju ke belakang. Ureter yang kiri dan yang kanan bertemu di bagian belakang menjadi kantong urin (vesica urinaria) dan dari urin dikeluarkan melalui uretra yang bermuara di anus (Radiopoetro, 1991).
Sistem reproduksi pada Ikan Lele jantan dan Ikan Lele betina jelas berbeda. Pada Ikan Lele jantan terdapat sepasang testis dan bagian luar tampak klasper yang bentuknya meruncing berwarna merah dan merupakan alat kelamin yang berfungsi untuk menyalurkan sperma keluar tubuh. Ikan lele betina pada bagian tubuhnya terdapat ovarium yang berisi butiran-butiran telur yang akan dikeluarkan pada saat waktunya untuk bereproduksi. Ikan Lele melakukan fertilisasi eksternal, jadi ikan jantan membuahi telur diluar tubuh induk. Perbedaan Ikan Lele jantan dan Ikan Lele betina yaitu pada Ikan Lele jantan terdapat alat kelamin yang terletak di dekat anusnya, berwarna cerah dan meruncing (klasper), sedangkan alat kelamin Ikan Lele betina tampak membulat (Kriswantoro, 1986).



IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Anatomi Ikan Nilem (Osteochillus vittatus) dan Ikan Lele (Clarias gariepinnus) terdiri atas kepala,badan,dan ekor. Insang berperan penting dalam respirasi Ikan Nilem dan Ikan Lele. Sistem pencernaan Ikan Nilem terdiri dari lidah, hati, gastrum, intestine, pancreas, kantung empedu. Sedangkan pada Ikan Lele terdiri dari faring, eosophagus, gastrum, intestine. Sitem pernapasan Ikan Nilem hanya insang. Jika di Ikan Lele ada alat tambahan pada pernapasan yaitu aborescent. Sistem ekskresi pada Ikan Nilem dan ikan Lele sama yaitu menggunakan ginjal dan ureter. Pada Ikan Nilem dan Ikan lele memiliki sistem reproduksi yang sama yaitu melalui gonad.

B.  Saran
Saran untuk praktikum kali ini praktikan diharapkan dapat lebih berhati-hati dalam melakukan proses pembedahan agar preparat tidak rusak serta praktikan lebih berani dalam bergantian melakukan pembedahan.



DAFTAR REFERENSI
Angka, S. L. 1990. The Pathology of Walking of Catfish, Clarias Batrachus infecterd Intraperitoneally with Aemonas Hydropila. Asian Fish. Sci.
Djuhanda, 1994. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata 2. Bandung: Americo.
Jasin, m. 1989. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata UntukUniversitas Cetakan Ketiga. Surabaya: Sinar Wijaya.Kriswantoro, M. 1986. Mengenal ikan Air Tawar. Jakarta: Karya Bani.
Marshall,A.J.1980.Textbook of Zoogology Vertebrates. London: English Language Book Society and Macmillan.
Nelson, Js. 1994. Fishes of the World. Third Edition. New York: John Wiley & Sons inc.
Norris, David O. And Richard E. Jones. 1987. Hormones and Reproduction in Fishes, Amphibians, and Reptiles.New York and London: Plenum Press.
Nuryanto, A. 2001. Morfologi, Kariotip, dan pola Protein ikan Nilem dari Sungai Cikawung dan Kolam Budidaya Kabupaten Cilacap. Tesis Program Pascasarjana. IPB.
Puspowardoyo, H. dan Djarijah. 2002.  Pembenihan dan Perbesaran Ikan Lele Dumbo Hemat Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Radiopoetro. 1991. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, B. 2007. Beternak Lele Dumbo. Jakarta: Agromedia.
Storer and Usinger. 1957. Element of Zoology. USA: Hill Company inc.


No comments:

Post a Comment