RESPIRASI HEWAN AIR
![]() |
Oleh
:
Nama : Niki Andalusi
NIM : B1A015082
Rombongan : IV
Kelompok : 5
Asisten : Estri Jayanti
LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Respirasi merupakan proses pengambilan O2
dari lingkungan ke dalam tubuh hewan dan pengeluaran CO2 dari dalam
tubuh ke lingkungan. Respirasi pada hewan air, contoh pada ikan meliputi
ekstraksi atau pengambilan O2 dari perairan (Yuwono, 2001). Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup
untuk pernafasan, metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan
energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Selain itu, oksigen juga dibutuhkan
untuk oksidasi bahan-bahan organik maupun non-organik dalam proses aerobik.
Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari
udara bebas dan proses fotosintesis dari organisme yang hidup dalam perairan
tersebut (Asmawi, 1983).
Sistem dan proses respirasi pada hewan berbeda-beda, hal
ini disebabkan organ-organ pernapasan dan habitat yang berbeda. Seperti pada
ikan berbeda dengan hewan lain yang hidup di air. Proses respirasi pada ikan
berbeda dengan hewan lain yang hidup di darat. Ikan saat mengambil oksigen,
memerlukan organ respirasi khusus. Organ respirasi pada ikan adalah insang (gils) (Abdurrahman et al., 2008).
Total konsumsi oksigen ikan mencerminkan statusn
metabolisme basal dan merupakan salah satu indikator dari kesehatan umum ikan.
Hal ini juga mungkin berguna untuk menilai keadaan fisiologis dari suatu
organisme, membantu dalam mengevaluasi kerentanan atau ketahanan potensi dan
juga berguna untuk menghubungkan perilaku binatang, yang akhirnya menjadi
prediktor gangguan fungsional penduduk. Ikan menjadi hewan heterotrofik. Hal
ini sering digunakan sebagai bioindikator pencemaran stres yang terkait dalam
sistem peringatan dini biologis. Oleh karena itu, konsumsi oksigen diferensial
dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran stres yang terkait dalam sistem
peringatan dini biologis (Neelima, 2016).
1.2
Tujuan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa:
1.
Semakin kecil bobot ikan maka
oksigen yang dikonsumsinya semakin besar, sebaliknya semakin berat bobot ikan
maka oksigen yang dikonsumsi semakin kecil.
2. Laju
metabolisme berbanding lurus dengan banyaknya konsumsi oksigen. Apabila
konsumsi oksigen tinggi maka laju metabolismenya pun tinggi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen yaitu ukuran
ikan, aktivitas, kondisi kesehatan ikan, seks, tekanan parsial oksigen, suhu,
dan kondisi lingkungan
II.
MATERI DAN CARA KERJA
2.1 Materi
Peralatan yang digunakan pada praktikum respirasi hewan air
adalah timbangan teknikal, aerator, gelas ukur besar, alat pengukur konsumsi
oksigen (respirometer), termometer, botol sampel, tabung Erlenmeyer, buret, dan
statif.
Bahan yang dibutuhkan
dalam praktikum adalah ikan nila (Oreochromis
niloticus), ikan nilem (Ostheochilus
hasselti), buret, reagen untuk titrasi kandungan oksigen air
(larutan KOH-KI, larutan H2SO4 pekat, larutan Na2S2O3,
larutan MnSO4, dan reagen amilum).
2.2 Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum
respirasi hewan air adalah sebagai berikut:
1.
Alat
respirometer yang akan digunakan dalam percobaan difungsikan
dengan pengisisan air hingga mendekati penuh. Aerator diaktifkan sehingga
sirkulasi berfungsi. Sistem ini dibiarkan aktif selama 15 menit.
2.
Ikan yang diketahui bobot
tubuh dan volumenya dimasukkan ke dalam respirometer. Ikan dibiarkan dalam
sistem selama 30 menit.
3.
Sampel air pertama
diambil sebanyak 250ml menggunakan botol winkler melalui dinding botol,
sehingga tidak menyebabkan gelembung udara pada winkler.
4. Ditambahkan 1ml larutan
MnSO4 pada sampel air, lalu
1ml KOH-KI, kemudian kocok hingga terbentuk endapan kuning
5.
Ditambahkan 1 ml H2SO4
pekat kemudian dikocok sampai endapan menghilang dan warna menjadi kuning
gelap.
6.
Sebanyak 100ml larutan diambil dan dituang
ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 2-3 tetes amilum hingga warna menjadi
biru tua.
7.
Dilakukan
titrasi menggunakan larutan Na2S2O3 sampai
warna berubah menjadi bening. Dihitung dengan rumus APHA: Ota= 
dan dihitung Konsumsi Oksigen Ikan : VO2 =
.

dan dihitung Konsumsi Oksigen Ikan : VO2 =

III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1
Tabel
Hasil Perhitungan Konsumsi Oksigen
NO
|
IKAN
|
W (gr)
|
H (jam)
|
cO2i
|
V
|
cO2f
|
VO2
|
1
|
Ikan Nile Kecil
|
31
|
0,5
|
4
|
2
|
0,662
|
|
2
|
Ikan Nilem besar
|
64
|
0,5
|
4,6
|
9,115
|
3,4
|
0,342
|
3
|
Ikan Nila Kecil
|
45
|
0,5
|
3,1
|
5,395
|
3,4
|
0,168
|
4
|
ikan Nila Besar
|
95
|
0,5
|
1,9
|
9,075
|
1,3
|
0,115
|
Ota
=
x 2 x 0,025 x 8 = 4 


Otak =
x 1 x 0,025 x 8 = 2 


V
= 5465 – 330 = 5313 ml = 5,135 L
VO2
= (cO2i - cO2f)
x V x H-1 x W-1
= (4-2) x 5,135 x
x 


= 0,662
/ jam

3.2 Pembahasan
Pada perhitungan
didapatkan volume oksigen ikan yang dikonsumsi oleh ikan yang berukuran kecil
lebih besar dibanding ikan yang berukuran lebih besar, hal ini sesuai dengan Fujaya (2004), yang menyatakan konsumsi oksigen dipengaruhi oleh besar ukuran tubuh
(bobot dan Volume). Semakin berat dan besar volume ikan, maka konsumsi
oksigennya semakin kecil, sebaliknya semakin rendah berat ikan maka konsumsi
oksigennya semakin besar.
Laju
metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh
per satuan waktu (Seeley, 2002 : Putra, 2015). Laju metabolisme berkaitan erat
dengan respirasi karena respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari
molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen (Tobin 2005, : Putra,
2015). Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen
yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena
oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui)
untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya juga. Akan tetapi,
laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi
oksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain
temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas (Tobin, 2005 : Putra,
2015).
1. alat
dan bahan beserta fungsinya
Respirometer
adalah alat yang berfungsi untuk mengukur rata-rata pernapasan organisme dengan
mengukur rata-rata pertukaran oksigen dan karbon dioksida (Zonneveld,1991).
Menurut Wetsel dan Likens (2000) fungsi larutan – larutan dalam
praktikum kali ini adalah :
1.
digunakan untuk mengubah larutan yang awalnya berwarna coklat
keruh menjadi coklat bening (kekuning kuningan).

2. Amilum digunakan sebagai indikator yang merubah larutan yang berwarna
coklat bening menjadi ungu (violet).
3.
digunakan
untuk titrasi sebagai nilai p untuk mencari kadar O2 terlarut.

4. KOH-KI digunakan untuk mengikat oksigen
5. Mn
digunakan untuk
mengikat sekain oksigen.

Reaksi titrasi ini
melibatkan reagen KI, KOH, MnSO4, H2SO4. Fungsi larutan yang dipakai untuk proses titrasi
diantaranya larutan MnSO4
yang digunakan untuk mengikat selain O2, membentuk endapan coklat
yang mengindikasikan bahwa masih
terdapat O2 dalam sampel. Larutan KOH-KI digunakan untuk mengikat O2.
Berbagai jenis larutan reagen telah ditambahkan dan dapat direfresh oleh
larutan H2SO4 dengan mengubah larutan yang awalnya
berwarna coklat keruh menjadi coklat bening. Larutan coklat bening berubah
menjadi biru gelap setelah penambahan amilum yang berperan sebagai indikator
warna. Terakhir ditambahkan adalah larutan Na2S2O3 untuk
titrasi sebagai nilai p yang
digunakan dalam mencari kadar O2 terlarut (Wetzel, 2000).
Menurut Richard & Gordan (1989)
ada tiga macam metode untuk mengukur metabolisme yaitu sebagai berikut:
1. Menghitung selisih antara nilai
energi dari semua makanan yang masuk kedalam tubuh hewan dan semua ekskresi
terutama urin dan feses, cara ini hanya akurat digunakan untuk digunakan bila
tidak terjadi perubahan komposisi tubuh hewan.
2. Menghitung produksi panas
total pada organisme, metode ini sungguh akurat dalam memberikan informasi
tentang bahan bakar yang digunakan, organisme yang diukur dimasukkan dalam
kalorimeter.
3. Menghitung jumlah oksigen yang
digunakan oleh organisme untuk proses oksidasi dan jumlah konsumsi oksigen,
cara ini paling banyak digunakan dan mudah dilaksanakan tetapi tentu saja tidak
bias digunakan untuk organisme anaerob sebab meskipun konsumsi oksigen nol
bukan berarti tidak terdapat metabolisme dalam tubuh organisme tersebut.
Menurut Alaerts (1987),
langkah-langkah metode titrasi dengan cara Winkler adalah sebagai berikut:
- Air sampel dimasukkan ke dalam botol Winkler 125 ml (pada waktu praktikum, air yang digunakan sebanyak satu botol, kira-kira 100 ml) dengan syarat pada pengambilan sampel tidak ada udara yang masuk.
- Air dalam botol Winkler ditambah larutan MnSO4 sebanyak 0,5 ml (pada waktu praktikum, fungsi dari larutan MnSO4 adalah mengikat gas- gas lain selain oksigen, larutan MnSO4 yang digunakan sebanyak 1 ml atau 21 tetes), dan larutan KOH/ KI juga sebanyak 0,5 ml (pada waktu praktikum, fungsi dari larutan KOH/ KI adalah untuk mengikat oksigen, larutan KOH/ KI yang digunakan sebanyak 1 ml atau 21 tetes). Larutan dikocok kemudian dibiarkan sehingga terbentuk lapisan heterogen yaitu dibagian atas bening dan dibagian bawah berupa endapan berwarna coklat (apabila tidak mengandung oksigen endapan berwarna putih).
- Air dalam botol Winkler direaksikan denga H2SO4 sebanyak 0,5ml (pada waktu praktikum, fungsi dari larutan H2SO4 adalah sebagai penyeimbang atau penetral suatu zat, larutan KOH/ KI yang digunakan sebanyak 1 ml atau 21 tetes), kemudian dikocok sehingga endapan di dalamnya menjadi larut dan terbentuk cairan kekuningan dibiarkan 10 menit.
- Air dalam botol diambil 100 ml ditampung pada tabung Erlenmeyer dan ditambah amilum, sebagai indikator warna sebanyak 11 tetes lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0,025 N sehingga warna kuning yang berasal dari campuran awal menjadi bening.
- Metode Winkler dilakukan dua kali untuk mendapatkan nilai rata-ratanya
- Rumus
kandungan O2 terlarut Ot
=
x p x q x 8
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi:
- Usia : Semakin tua usia, semakin sedikit respirasi yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan oleh penurunan regenerasi sel sehingga respirasi yang dibutuhkan pun sedikit
- Berat Badan : Organisme yang berat badannya lebih berat,lebih banyak respirasi yang dibutuhkan karena jumlah sel yang dimiliki lebih banyak dibanding organisme yang lebih ringan berat tubuhnya.
- Jenis Kelamin : Betina lebih banyak melakukan respirasi karena betina memiliki sistem hormonal yang lebih kompleks dibanding jantan.
- Suhu : Semakin tinggi suhunya, semakin banyak respirasi yang dibutuhkan karena H2O yang dihasilkan oleh respirasi berguna untuk menyesuaikan tubuh dengan menurunkan suhu.
- Aktivitas : Semakin banyak aktivitas, semakin banyak respirasi yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan akibat banyaknya energi yang dibutuhkan.
- Emosi/Stress : Semakin tinggi emosi, semakin banyak respirasi yang dilakukan karena adanya hormon-hormon tertentu yang memengaruhi metabolisme sehingga respirasi lebih cepat (Alaerts, et al, 1987)
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat
disimpulkan bahwa:
4.
Semakin kecil bobot ikan maka
oksigen yang dikonsumsinya semakin besar, sebaliknya semakin berat bobot ikan
maka oksigen yang dikonsumsi semakin kecil.
5. Laju
metabolisme berbanding lurus dengan banyaknya konsumsi oksigen. Apabila
konsumsi oksigen tinggi maka laju metabolismenya pun tinggi.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen yaitu ukuran
ikan, aktivitas, kondisi kesehatan ikan, seks, tekanan parsial oksigen, suhu,
dan kondisi lingkungan
DAFTAR REFERENSI
Abdurrahman, D.
Andri N., dan Yenny Fahmawati. 2008. Biologi
Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Bandung: Grafindo Media Pratama.
Alaerts, G dan
S.S. Santika.1987. Metode Penelitian
Air. Surabaya : Usaha Nasional.
Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan dalam Keramba.
Jakarta: Gramedia.
Fujaya
Y., 2004. Fisiologi Ikan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Neelima, p. 2016. A Study on Oxygen Consumption in a Freshwater
Fish Cyprinus carpio Exposed to Lethal and Sublethal Concentrations of
Cypermethrin (25%Ec). International
Journal of Current Microbiology and Applied Sciences. Vol (5)
pp. 338-346
Putra, Achmad
Noerkhaerin. 2015. Laju Metabolisme Pada Ikan Nila Berdasarkan Pengukuran
Tingkat Konsumsi Oksigen. Jurnal
Perikanan Dan Kelautan Vol. 5 No. 1 : 13-18.
Richard, W. H. & Gordan. 1989. Animal Physiology. New York:
Harper-Collins Publisher.
Seeley,
R. R., T.D. Stephens, P. Tate. 2003. Essentials of Anatomy dan
Physiology fourth edition. New
York : McGraw-Hill Companies.
Tobin AJ. 2005. Asking
About Life. Canada : Thomson Brooks/Cole.
Wetzel,
R. G and G. E. Likens. 2000. Lymnological
Analyses, Thirth Edition. New York : Springer-Verlag.
Yuwono, E. 2001. Fisiologi
Hewan. Purwokerto: Fakultas Biologi UNSOED.
Zonneveld, N, Z. Hulsman dan J. Boon. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan.
Jakarta :
Gramedia Pustaka
Utama.
No comments:
Post a Comment