ANATOMI KATAK SAWAH
(Fejervarya
cancrivora)
Oleh :
Nama : Niki Andalusi
NIM : B1A015082
Rombongan : III
Kelompok : 2
Asisten : Ani Septiani
LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Amphibia
umumnya didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup
didua alam yakni di air dan di daratan. Amphibia bertelur di air atau menyimpan
telurnya ditempat yang lembab dan basah. Ketika menetas larvanya yang dinamakan
berudu yang hidup di air atau tempat basah tersebut dan bernafas dengan insang.
Setelah beberapa lama, berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi
hewan dewasa, yang umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih
kering dan bernapas dengan paru-paru (Kimball, 1992).
Ampibia
mempunyai ciri-ciri yaitu tubuh diselubungi kulit yang berlendir, merupakan
hewan berdarah dingin (poikiloterm), mempuyai jantung yang terdiri dari tiga
ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik, mempunyai dua pasang kaki dan pada
setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat diantara jari-jari kakinya
dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang, matanya mempunyai selaput
tambahan yang disebut membran niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam,
pernafasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat
pernafasannya berupa paru-paru dan kulit yang hidungnya mempunyai katup yang
mencegah air masuk kedalam rongga mulut ketika menyelam, dan berkembang biak
dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan diluar tubuh
induknya atau pembuahan eksternal (Brotowidjoyo, 1985).
Katak
adalah hewan Amphibia yang paling dikenal orang di Indonesia. Katak memiliki
kulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul. Beberapa jenis katak,
pada sisi tubuhnya memiliki lipatan kulit berkelenjar, mulai dari belakang mata
hingga di atas pangkal paha yang disebut lipatan dorsolateral. Katak mempunyai
mata berukuran besar, dengan pupil mata horisontal dan vertikal. Beberapa jenis
katak memiliki pupil mata berbentuk berlian atau segi empat yang khas bagi
masing-masing kelompok. Tubuh katak betina biasanya lebih besar daripada yang
jantan. Ukuran katak dan kodok di Indonesia bervariasi dari yang terkecil hanya
10 mm, dengan berat hanya satu atau dua gram sampai jenis yang mencapai 280 mm
dengan berat lebih dari 1500 gram (Iskandar, 1998).
Katak
sawah (Fejervarya cancrivora) digunakan sebagai preparat dalam praktikum
kali ini untuk mewakili kelompok Amphibia. Katak sawah dipilih karena kulitnya
tidak beracun. Selain itu, hewan ini memiliki struktur dan morfologinya mudah
diamati.
B.
Tujuan
Tujuan
praktikum ini adalah untuk mengetahui morfologi dan anatomi Katak (Fejervarya
cancrivora)
II. MATERI
DAN METODE
A.
Materi
Alat yang digunakan adalah Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset,
gunting bedah.
Bahan yang digunakan adalah Katak sawah
(Fejervarya
cancrivora), air kran, kloroform, tissue.
B. Metode
Metode yang
digunakan dalam praktikum ini adalah sebagi berikut:
1.
Katak dimasukkan
ke dalam kloroform dan dibiarkan sampai mati lemas.
2.
Katak yang telah
mati diletakkan dengan bagian dorsalnya yang menempel pada meja preparasi.
3.
Katak digunting
kulitnya dari bagian medio-posterior ke arah anterior hingga seluruh kulit
ventral itu dilepaskan.
B. Pembahasan
Katak
sawah (Fejervarya cancrivora)
dimasukkan ke dalam ordo Anura. Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor (anura:
a tidak, ura ekor). Ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai
ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang
baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan, hal ini mendukung
pergerakannya yaitu dengan melompat (Duellman and Trueb, 1986).
Menurut Radiopoetro
(1977), klasifikasi Katak Sawah (Fejervarya
cancrivora) adalah sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Familia : Ranidae
Genus : Rana
Species : Fejervarya cancrivora
Katak
memiliki empat kaki dan tubuh yang jongkok. Katak berjalan dengan melompat,
tidak memiliki ekor dan leher yang jelas. Kaki belakang katak lebih panjang
yang berfungsi untuk mencari mangsa. Mata katak sangat besar dan pupil mata
vertikal dan juga horizontal. Jari katak berbentuk silindris dan pipih serta
kadag memiliki lipatan kulit lateral yang lebar. Kulit katak bermacam-macam,
ada yang halus dan ada yang kasar. Sisi tubuh beberapa katak terdapat lipatan
kulit lateral lebar dan kelenjar mulai dari belakang mata sampai di atas
pangkal paha yang disebut lipatan dorsal lateral. Terdapat juga lipatan serupa
yang disebut lipatan suprasimponik dimulai dari belakang mata memanjang di atas
gendang telingan dan berakhir dekat pangkal lengan (Iskandar, 1998).
Tubuh katak dan juga
vertebrate lainnya tersusun atas 3 macam otot. Otot polos yang kerjanya diluar
kemauan, otot lurik yang kerjanya dalam kemauan dan otot jantung yang kerjanya
di luar kemauan. Sistem otot pada katak dibagi menjadi empat bagian, yaitu
sistem otot pada bagian kepala, sistem otot daerah pectoral, sistem otot daerah
abdomen, dan sistem otot pada extrimitas posterior. Sistem otot pada bagian
kepala terdiri dari muscullus mandibularis dan muscullus submandibularis.
Sistem otot pada daerah pectoral terdiri dari
muscullus pars episternalis, muscullus pars scapularis, muscullus
coracoradialis, muscullus deltoideus, muscullus epicoracoid, dan muscullus abdominalis.
Muscullus pectoralis terdiri dari tiga muscullus, yaitu muscullus
coracoradialis, muscullus epicoracoid, dan muscullus abdominalis. Sistem otot
daerah abdomen terdiri dari muscullus rectus abdominis, muscullus obliqus
externus, dan muscullus obliqus internus. Muscullus rectus abdominis terdapat
medio ventral tubuh yang ditengahnya terdapat tendo berwarna putih yang disebut
linea alba dan juga terdapat inscriptio tendinae. Daerah extrimitas posterior
terdapat muscullus trisep femoris, muscullus gracillis minor, muscullus
gracillis mayor, muscullus sartorius, dan muscullus adductor magnus. Pada
bagian crus dibangun oleh muscullus gastronimeus, muscullus tibialis anticus
longus, muscullus tibialis anticus brevis, muscullus tibialis posticus, dan
juga terdapat otot tendon dan tulang tibio fibula (Djuhanda,1984).
Kulit
katak memiliki kelenjar yang dapat mengeluarkan lendir yang licin. Warna kulit
katakdapat berubah sesuai dengan cahaya yang ditangkap oleh tubuh untuk dapat
berubah. Perubahan warna kulit katak dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan untuk melindungi diri dari perhatian hewan pemangsa. Kulit katak
juga berfungsi dalam pertukaran gas (Kastowo, 1984).
Katak
sawah merupakan hewan kosmopolitan. Habitat katak sawah biasanya di areal
persawahan yang tergolong lembab. Kondisi tersebut berpotensi terpaparnya katak
sawah oleh bakteri, jamur, dan virus patogen misal oleh water mold Saprolegnia
sp dan virus Ambystoma tirgrinum (Culp et al. 2007).
Tubuh
amphibia khususnya katak, terdiri dari kepala, badan, dan leher yang belum
tampak jelas. Kulit katak terlepas dari otot yang ada di dalamnya, sehingga
bagian dalam tubuh katak berupa rongga-rongga yang berisi cairan limfa
subkutan. Kulit ini hampir selalu basah karena adanya sekresi kelenjar-kelenjar
mucus yang banyak terdapat didalamnya. Selain itu, kulit katak juga banyak
mengandung kapiler-kapiler darah dari cabang-cabang vena kutanea magna dan
arteri kutanea. Amphibi dewasa memiliki mulut lebar dan lidah yang lunak yang
melekat pada bagian depan rahang bawah (Djuhanda, 1982).
Katak
memiliki caput (kepala) yang terdiri dari mulut, hidung, mata, dan telinga.
Mata katak berpasangan dan bentuknya menonjol keluar, yang terletak di sebelah
postero dorsal dari nares atau hidung. Mata tersebut terlindung oleh dua buah
palpebra atau kelopak mata, yaitu palpebra inferior (berupa kulit yang tidak
dapat digeser-geserkan). Mata juga dilindungi oleh selaput yang disebut membran
nictitans yang dapat digerakkan ke arah superior-inferior. Selaput ini
melindungi mata saat katak berada di dalam air. Mulut katak berfunsi dalam
pernafasan dan pengambilan makanan. Mulut terletak pada ujung anterior dari
caput, lebar dan dibatasi oleh os mandibula (tulang rahang bawah) yang tidak
bergigi dan os premaksilla dan maksilla (tulang rahang atas) dengan gigi kecil
berbentuk kerucut tajam. Hidung (nares) berhubungan dengan mulut melalui
struktur yang disebut choane. Membran tympani atau selaput gendang pendengaran
terletak poste-lateral dari mata. Membran ini dikelilingi oleh annulus
tympanicus (cincin rawan) yang ditengahnya membayang columella (tulang telinga)
sebesar sebuah titik (Radiopoertro, 1996).
Sistem
pencernaan pada katak meliputi bagian saluran pencernaan dan kelenjar
penceranaan. Saluran pencernaan katak secara berturut-turut adalah rongga mulut,
faring, kerongkongan, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dan
kloaka. Kelenjar penceranaan katak meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas
(Sumanto, 1994). Sistem pencernaan dimulai dari mulut yang memiliki gigi
sejati. Lidah katak dapat untuk menangkap makanan atau mangsa seperti serangga.
Saluran pencernaan mulai dari esophagus yang sagat pendek, terdiri dari
konstruksi yang kecil-kecil, tepinya bersilia dan sebagai alat cerna yaitu
sel-sel secretoris, kemudian ke usus 12 jari dan usus halus yang berkelok-kelok
dan selanjutnya ke usus besar yang lebar. Setelah ke usus besar langsung menuju
ke kloaka, yaitu tempat lubang pelepasan (Kastowo, 1984).
Pembuahan pada katak dilakukan di luar tubuh.
Katak jantan akan melekat di punggung betinanya dan memeluk erat ketiak si
betinanya dari belakang. Sambil berenang di air, kaki belakang katak jantan
akan memijat perut katak betina dan merangsang pengeluaran telur. Pada saat
bersamaan katak jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi
telur-telur yang dikeluarkan si betina. Telur tersebut berkembang menjadi larva
dan mencari nutrisi yang dibutuhkan dari lingkungannya, kemudian berkembang
menjadi dewasa dengan bentuk tubuh yang memungkinkannya hidup di darat, sebuah
proses yang dikenal metamorfosis (Radiopoertro, 1996).
Sistem
reproduksi katak sawah
1.
Katak jantan
a. Testis, sepasang berbentuk bulat telur, berwarna putih
kekuningan. Terletak di atas ginjal dan berisi cadangan makanan yang digunakan
pada musim kawin. Jaringan ini menghasilkan spermatozoid yang dilindungi oleh
selaput nesopehium. Spermatozoa dikeluarkan melalui vena efferensia melalui
bagian lateral dan ren.
b. Vena efferensia. Berupa saluran halus dari testis
serta melalui nesorchium. Selanjutnya sperma dikeluarkan melalui ren dan
bermuara di ductus urospemachitus.
c. Ductus spermachitus, sepasang terletak pada bagian
lateral dan ren bermuara di kloaka. Saluran ini menyalurkan spermatozoa dan
urine ke kloaka.
d. Vesicula seminalis, merupakan bagian caudal dari
ductus urospermachitus serta tempat penyimpanan terakhir dari spermatozoa.
2.
Katak betina
a. Ovarium merupakan sepasang kantong yang terdiri dari
sel-sel telur dan bila banyak akan menutupi seluruh bagian abdomen serta
dilindungi oleh selaput tipis nesovarium yang dengan bantuan gerakan silia
serta otot abdomen telur, telur tersebut didorong ke depan menuju osteum tube
yang terletak di kiri dan kanan dan merupakan pangkal dari saluran telur.
b. Saluran telur, sepasang berliku-liku dan berwarna
putih telur yang masak dan masuk ke oviduk, dan sebelum bermuara di kloaka akan
masuk ke ovisoe (uterus).
c. Uterus merupakan tempat penyimpanan sementara sel
telur sebelum keluar dari tubuh karena fertilisasi.
d. Badan-badan lemak (corpus adiposum) menyerupai
daun berwarna kekuningan yang terletak di atas ginjal dan berisi cadangan
makanan yang digunakan musim kawin (Radiopoertro, 1996).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Katak
sawah (Fejervarya cancrivora)
memiliki caput (kepala) yang terdiri dari mulut, hidung, mata, dan telinga. serta
trunkus (badan) yang memiliki lubang cloaca, sepasang extremitas anterior
dengan 4 digiti, dan sepasang extremitas posterior dengan 5 digiti.
Anatomi
katak sawah (Fejervarya cancrivora) berupa anatomi mulut, anatomi otot ventral,
anatomi otot posterior, anatomi sistem viscera
insitu, anatomi sistem pencernaan, dan anatomi sistem reproduksi.
B. Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah praktikan
diharapkan lebih terampil dalam melakukan pembedahan serta lebih berani dalam
melakukan praktikum.
DAFTAR REFERENSI
Brotowidjoyo,
Mukayat J. 1985. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga
Culp,
C. E., Joseph O., Falkinham I., & Lisa K. B.. (2007). Identification of
The Natural Bacterial Microflora on The Skin of Eastern Newts, Bullfrog
Tadpoles and Redback Salamanders. Jurnal
Herpetologica. Vol (63), pp. 66-71.
Djuhanda, Tatang. 1982. Analisa
Struktur Vertebrata. Bandung: Armico.
Djuhanda, Tatang. 1984. Analisa
Struktur Vertebrata Jilid 2. Bandung: Armico.
Duellman,
W.E. and L.Trueb. 1986.Biology of Amphibians. New York: McGraw – Hill Book
Company.
Iskandar, T. 1998. Amphibia Jawa dan Bali.
Bogor : Puslitbang Biologi.
Kastowo. 1984. Anatomi Komparativa. Jakarta:
Erlangga.
Kimball. 1992. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Jakarta: Erlangga
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta: Erlangga
No comments:
Post a Comment