HEMATOLOGI I
![]() |
Oleh
:
Nama : Niki Andalusi
NIM : B1A015082
Rombongan : IV
Kelompok : 5
Asisten : Estri Jayanti
LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN I
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016
I. PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Hematologi adalah ilmu tentang darah
dan jaringan pembentuk darah yang merupakan salah satu sistem organ terbesar
dalam tubuh makhluk hidup. Darah membentuk 6%-8% dari berat tubuh total dan
terdiri dari sel-sel darah yang tersuspensi di dalam suatu cairan yang disebut
plasma. Tiga jenis sel darah utama adalah sel darah merah (eritrosit), sel
darah putih (leukosit), dan trombosit. Cairan plasma membentuk 45%-60% dari
volume darah total, sel darah merah menempati sebagian besar volume sisanya
(Sacher & Richard, 2000).
Hematologi merupakan cabang ilmu kesehatan yang
mempelajari darah, organ pembentuk darah dan penyakitnya, hematologi digunakan
sebagai petunjuk keparahan suatu penyakit. perubahan hematologi dan kimia darah
baik secaran kualitatif maupun kuantitatif dapat menentukan kondisi kesehatan
hewan. Sel dan plasma darah mempunyai peran fisiologis yang sangan penting
dalam diagnosis, prognosis dan terapi suatu penyakit (Soetrisno, 1987).
Pengukuran hematologi
hewan meliputi pengukuran kadar hemoglobin, penghitungan total eritrosit,
penghitungan total leukosit dan dan pengukuran hematokrit. Kadar hemoglobin,
jumlah dan bentuk sel darah hewan berbeda-beda. Hemoglobin merupakan protein
pengangkut oksigen paling efektif. Eritrosit mamalia tidak berinti dan
berbentuk bulat. Eritrosit ikan berinti, berbentuk elips dan berwarna merah
muda. Kadar hemoglobin bervariasi dengan jumlah sel darah merah yang ada.
Secara fisiologis, hemoglobin sangat penting untuk kehidupan hewan dan sangat
menentukan kemampuan kapasitas pengikatan oksigen oleh darah (Guyton,
1976).
Darah merupakan suatu jaringan yang
terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan
trombosit yang terendam dalam plasma darah cair. Darah beredar dalam system
vascular, mengangkut oksigen dari paru dan nutrien dari saluran cerna ke
jaringan lain ke seluruh tubuh. Eritrosit adalah korpuskel-korpuskel kecil
kecil yang memberi warna merah pada darah. Eritrosit berkembang dalam sumsum
tulang sebagai sel sejati. Trombosit adalah badan kecil tanpa nukleus dan tidak
berwarna yang ditemukan dalam darah semua mamalia. Badan kecil ini berfungsi
untuk pembekuan darah pada tempat cedera pembuluh darah dan berfungsi mencegah
kehilangan darah yang berlebihan. Leukosit merupakan jenis sel darah putih yang
memiliki nucleus dan tidak berwarna dalam keadaan segar. Jumlah leukosit dalam
sirkulasi berkisar antara 5000-9000 per millimeter kubik darah (Bloom
&Fawcett, 1994).
Praktikum
Hematologi I hewan yang diujikan yaitu ayam, mencit, dan ikan nilem. Alasan
menggunakan hewan uji tersebut karena mudah didapat dan harganya dapat
dijangkau dikalangan mahasiswa. Selain itu karena hewan tersebut mudah dalam
pengambilan sampel darahnya.
B.
Tujuan
Tujuan praktikum Hematologi I yaitu
memberikan ketrampilan pada mahasiswa tentang cara pengambilan darah hewan,
mengetahui perbedaan bentuk sel darah pada berbagai hewan, serta cara melakukan
perhitungan sel darah merah, sel darah putih dan kadar hemoglobin hewan.
II.
MATERI
DAN METODE
A.
Materi
Bahan yang digunakan yaitu larutan
Hayem, larutan Turk, larutan 0.1 N HCl, darah ayam (Galus domesticus), akuades, darah mencit (Mus musculus), darah ikan nilem (Osteochilus hasselti), EDTAC (ethylenediamine tetra-acetic acid plus Cetavlon).
Alat
yang digunakan yaitu haemometer, haemositimeter, mangkuk plastik kecil, tabung
Sahli, pipet kapiler, mikroskop cahaya, objek gelas dan kaca penutup, spuit,
mikropipet, dan hand counter.
B.
Metode
a. Menghitung
jumlah leukosit (pengenceran 10 kali)
1.
Siapkan alat dan bahan.
2.
Darah hewan diisap dengan mikropipet
sampai pengenceran menunjukkan angka 1.
3.
Isap larutan Turk yang telah dituangkan
terlebih dahulu dalam tabung reaksi, sampai angka 11.
4.
Buanglah beberapa tetes (1-2 tetes), tetes
berikutnya dipakai untuk perhitungan.
5.
Siapkan bilik hitung, teteskan cairan
dalam pipet.
6.
Lihat di bawah mikroskop dimulai dengan
perbesaran lemah.
7.
Hitunglah semua leukosit yang terdapat di
dalam bujur sangkar pojok. Jumlah bujur sangkar yang dihitung menjadi 4 x 6= 64
bujur sangkar dengan sisi masiing-masing= ¼ mm.
Jumlah
leukosit per mm3=25 x L.
b. Menghitung
jumlah eritrosit
1.
Pengenceran 100 kali.
2.
Cairan pengencernya larutan Hayem.
3.
Semua eritrosit yang dihitung terdapat di
dalam bujur sangkar kecil.
Jumlah
eritrosit per mm3=5000 x E.
c. Mengukur
kadar hemoglobin
1.
Tabung Sahli (berskala) ke dalamnya
diteteskan 0.1 N larutan HCl hingga batas 10.
2.
Jari ditusuk dengan lancet.
3.
Darah yang keluar diisap dengan pipet isap
hingga skala 20 µl.
4.
Darah diteteskan dengan segera ke tabung
Sahli yang berisi HCl.
5.
Larutan HCl dan darah diaduk dengan batang
pengaduk gelas.
6.
Tabung diletakkan pada komparator yang
memiliki warna pembanding.
7.
Tambahkan akuades jika warnanya belum sama
hingga warnanya sama.
8.
Bandingkan tabung dan komparatornya.
9.
Nilai skala yang bertepatan dengan tinggi
larutan merupakan kadar hemoglobin darah dengan satuan % Hb atau gram Hb per
100 ml.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Tabel A. 1. Hasil Pengamatan
Perhitungan Hematologi
Kel
|
Hewan Uji
|
Jumlah Sel Darah Merah
|
Kadar Hb (gr/dl)
|
Nilai Hematokrit
|
Kadar Gula Darah
|
|
L
|
E
|
|||||
1
|
Ayam
|
37.025
|
1.195.000
|
7
|
30%
|
227
|
2
|
Ikan Nilem
|
335.600
|
510.000
|
7,2
|
15%
|
224
|
3
|
Mencit
|
2.300
|
1.050.000
|
5,9
|
24%
|
91
|
4
|
Ikan Nilem
|
17.975
|
690.000
|
4,2
|
17%
|
90
|
5
|
Mencit
|
2.300
|
1.155.000
|
8,2
|
14,5%
|
100
|
Perhitungan:
∑E
= 5000 x E
= 5000 x 231
= 1.155.000 sel/mm3
∑L
= 25 x L
= 25 x 92
= 2.300 sel/mm3
B.
Pembahasan
Hematology berasal dari bahasa Romawi hemat yang berarti darah dan ology yang berarti belajar atau mempelajari.
Hematology adalah
ilmu yang mempelajari aspek anatomi ,
fisiologi
dan
patologi
darah. Komponen darah terdiri plasma dan unsur-unsur pembentuk darah yaitu eritrosit,
leukosit
dan
trombosit (Nurcholiset al.,
2013).
Dari
hasil praktikum yang dilakukan, cara pengambilan sampel darah pada ayam yaitu
pertama sayap direntangkan, usap sayap bagian vena dengan tissue yang diberi
alkohol. Masukkan jarum suntik ke dalam
pembuluh darah sayap yang sudah diolesi alkohol tersebut. Darah diisap
pelan-pelan dengan spuit injeksi. Darah
yang sudah didapat dimasukkan ke dalam mangkuk plastik kecil yang sudah dibasuh
dengan larutan HCL 0.1 N. Menurut Sartika (2004), cara pengambilan sampel darah
pada ayam yaitu dengan cara diambil pada bagian venajugularis sayap sebanyak 300-500 µl. sampel tersebut berasal
dari empat galur ayam lokal dewasa yang tidak berkerabat dan satu galur ayam
White Leghorn sebagai outgroup.
Darah mrupakan jaringan sirkulasi
utama yang terdiri dari sel-sel yang tersuspensasi dalam cairan substansi
interseluler (plasma) dengan fungsi utama yitu mempertahankan homeostastis
(Isaac : Etim et al, 2014). Komponen hematologi terdiri dari sel-sel darah
merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau leukosit, dan hemoglobin
(Ovawove & Ogunkule dalam Etim et al, 2014). Fungsi utama darah antara lain
sebagai : (1) oksgenasi jaringan (2) gizi jaringan (3) pemeliharaan
keseimbangan asam – basa (4) pembuangan produk limbah metabolisme dari jaingan
(Noercholis, 2013).
Pengambilan darah yang dilakukan
pada mencit yang dilakukan yaitu pada bagian pembuluh darah di ekor mencit
tersebut. Hal ini dilakukan karena pada pembuluh darah ekor mencit banyak
terdapat darah dan jika diisap dibagian ekor, mencit tidak mati. Pengambilan
darah pada ikan dilakukan dibagian gonadnya. Masing-masing hewan uji sebelum
diisap darahnya, kain tissue yang
sudah dibasuh dengan alkohol diusap 1 arah tetapi pelan-pelan.
Praktikum Hematologi I banyak
menggunakan alat-alat yang memang khusus digunakan untuk perlakuan terhadap
darah.Hemositometer atau haemocytometer
adalah perangkat awalnya dirancang untuk penghitungan sel darah. Sekarang juga
digunakan untuk menghitung jenis sel serta partikel mikroskopis lainnya (Farid et al., 2014). Pada praktikum Hematologi
I, kaca penutup (Cover
glass)
digunakan untuk menutup haemositometer saat melakukan pengamatan di bawah
mikroskop.
Mikroskop merupakan suatu alat bantu
yang memungkinkan kita untuk dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil.
Alat ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran
kecil (Dwidjoseputro, 1978). Mikroskop pada saat praktikum Hematologi I,
digunakan untuk mengamati jumlah eritrosit dan leukosit, pipet thoma sebagai
pasangannya berfungsi untuk pengambilan darah. Haemometer berfungsi untuk
menghitung kadar haemoglobin dalam darah. Pipet digunakan untuk mengambil
eritrosit dan larutan HCl dan tabung sahli merupakan pasangan atau alat pelengkap
dari haemometer yang digunakan untuk menampung larutan darah saat akan di ukur
kadar haemoglobinnya, hand counter
untuk menghitung jumlah eritrosit dan leukosit, spuit digunakan untuk mengambil
darah dari hewan uji. Bahan-bahan yang digunakan antara lain darah dari ayam (Galus domesticus), mencit (Mus musculus), dan ikan nilem (Osteochilus hasselti), larutan turk
digunakan untuk mengencerkan leukosit, larutan hayem digunakan untuk
mengencerkan eritrosit, larutan HCl untuk menimbulkan reaksi dan menghasilkan
warna senyawa hernatin asam yang berwarna coklat pekat pada hemoglobin, akuades
digunakan sebagai pengencer dan larutan EDTA digunakan untuk mengencerkan darah
yang menggumpal.
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian
yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu
eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu
per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma
darah, sedang 45% sisanya terdiri dari sel darah ( Evelyn C. Pearce, 2006 ).
Fungsi utama darah dalam sirkulasi adalah sebagai media
transportasi, pengaturan suhu, pemeliharaan keseimbangan c airan, serta
keseimbangan basa eritrosit selama hidupnya tetap berada dalam tubuh. Sel darah
merah mampu mengangkut secara efektif tanpa meninggalkan fungsinya di dalam
jaringan, sedang keberadaannya dalam darah, hanya melintas saja. Darah berwarna
merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila
kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein
pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang
merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen. Manusia memiliki sistem
peredaran darah tertutup yang berarti darah mengalir dalam pembuluh darah dan
disirkulasikan oleh jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru-paru untuk
melepaskan sisa metabolisme berupa karbon dioksida dan menyerap oksigen melalui
pembuluh arteri pulmonalis, lalu dibawa kembali ke jantung melalui vena
pulmonalis. Setelah itu darah dikirimkan ke seluruh tubuh oleh saluranpembuluh
darah aorta. Darah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui saluranhalus
darah yang disebut pembuluh kapiler. Darah kemudian kembali ke jantungmelalui
pembuluh darah vena cava superior dan vena cava inferior. Darah juga mengangkut
bahan bahan sisa metabolisme, obat-obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk
diuraikan dan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni. ( Evelyn C. Pearce,
2006 ).
Menurut
Ali, dkk (2013), darah memiliki peranan yang sangat kompleks untuk terjadinya
proses fisiologis yang berjalan dengan baik, sehingga produktifitas ternak
dapat optimal. Profil darah pada hewan juga dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti umur, jenis kelamin, bangsa, penyakit, temperatur lingkungan,
keadaan geografis, dan kegiatan fisik. Berbagai titik lokal yang pakannya
disuplementasi probiotik diharapkan mampu meningkatkan status fisiologisnya
ditinjau dari jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan nilai hematokrit.
Fungsi dari sel-sel darah menurut
Yuwono (2001) antara lain :
1. Pengangkutan
nutrien dari saluran pencernaan ke jaringan, ke dan dari organ-organ penyimpan,
memungkinkan spesialisasi metabolik.
2. Pengangkutan
produk ekskretori dari jaringan ke organ ekskretori, dari organ tempat sintesis
ke ginjal.
3. Pengangkutan
gas (oksigen dan karbondioksida) antara organ respiratori dan jaringan;
penyimpanan oksigen.
4. Pengangkutan
hormon, misalnya adrenalin (respon cepat) dan hormon pertumbuhan (respon
lambat).
5. Pengangkutan
sel fungsi non-respiratori.
6. Pengangkutan
panas dari organ-organ di bagian dalam ke permukaan untuk menghilangkan panas
tersebut.
7. Kekebalan
dan pertahanan tubuh dari serangan organisme penyebab penyakit dilakukan oleh
leukosit.
8. Koagulasi,
karakteristik inherent pada berbagai darah dan cairan hemolymph; berfungsi
untuk proteksi terhadap kehilangan darah.
9. Pemeliharaan milieu interiur sesuai untuk sel-sel dalam kaitannya
dengan pH, ion-ion, nutrien.
Hematokrit adalah volume eritrosit yang dimampatkan (Packed Cell Volume/PCV) adalah proporsi eritrosit dalam darah lengkap. Untuk mengukur hematokrit, sel-sel eritrosit dalam darah dipadatkan dalam sebuah tabung dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu sehingga membentuk kolom pada bagian bawah tabung. Pengukuran kadar hematokrit dapat diukur pada darah vena atau kapiler dengan tehnik makro atau mikro-kapiler atau dengan metode otomatis. Pada praktikum kali ini dilakukan praktikum penetapan kadar hematokrit dengan metode mikrohematokrit. Pada metode mikrohematokrit, sampel darah (vena atau kapiler) dimasukkan dalam sebuah tabung kapiler sekali pakai yang mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan
diameter 1 mm. Tabung kapiler yang digunakan ada dua macam, yaitu tabung yang dilapisi ammonium heparin biasanya pada ujung tabung berwarna merah, dan tabung tanpa antikoagulaan yang biasanya berwarna biru (Riswanto. 2013).
Menurut Riswanto (2013), kadar hematokrit akan menurun ketika terjadi penurunan hemokonsentrasi karena penurunan kadar seluler darah atau peningkatan kadar plasma darah, antara lain saat terjadinya anemia. Tetapi dalam hal ini, tidak dapat ditentukan bahwa probandus memang mengalami anemia saat hari tersebut, mengingat probandus mengaku belum pernah melakukan tes darah
dil aboratorium, sehingga belum diketahui apakah probandus memiliki riwayat anemia sebelumnya.Pemeriksaan ini perlu dibuktikan dengan penetapan kadar hemoglobin pada probandus, karena kadar hemoglobin berbanding lurus dengan kadar hematokrit. Apabila kadar hemoglobin rendah maka akan diikuti dengan kadar hematokrit yang
rendah pula.
Glukosa
adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa, karena mempunyai sifat
dapat memuta cahaya terpolarisasi ke arah kanan. Di alam, glukosa terdapat dala
buah-buahan dan madu lebah. Darah manusia normal mengandung glukosa dalam
jumlah atau konsentrasi tetap, yaitu antara 70 – 100 mg tiap 100 ml darah.
Glukosa darah dapat bertambah setelah kita makan-makanan sumber karbohidrat,
namun kira-kira 2 jam setelah itu, jumlah glukosa darah akan kembali pada
keadaan semula. Pada penderita diabetes melitus, jumlah glukosa darah lebih
besar dari 130 mg per 100 ml darah ( Podjiadi, 1994).
Jumlaheritrosit dan leukosit pada tiap-tiap spesies
berbeda satu sama lain, kemungkinan hal ini disebabkan oleh faktor-faktor
sebagai berikut: perbedaan aktivitas, umur, ukuran dan jenis kelamin
masing-masing spesies (Maswira, 2008). Ikan yang aktif eritrositnya lebih kecil
dari ikan yang tidak aktif, ukuran yang kecil memungkinkan jumlah eritrosit
yang lebih banyak (Hadikastowo, 1982).
Leukosit dalam darah
jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan rasio 1 : 700. Leukosit
adalah bagian dari sel darah yang berinti, disebut juga sel darah putih. Di
dalam darah normal didapati jumlah leukosit rata-rata 4000 - 11.000 sel/cc.
Jika jumlahnya lebih dari 11.000 sel/mm3 maka keadaan ini disebut
leukositosis dan bila jumlah kurang dari 4000 sel/mm3 maka disebut
leucopenia. Fluktuasi jumlah leukosit pada tiap individu cukup besar pada
kondisi tertentu seperti stres, umur, aktifitas fisiologis dan lainnya.
Leukosit berperan penting dalam pertahanan seluler dan humoral organisme
terhadap benda-benda asing. Jumlah leukosit lebih banyak diproduksi jika
kondisi tubuh sedang sakit, sedangkan pada kondisi tubuh normal jumlah
leukositnya lebih sedikit di banding dengan eritrositnya. Sel darah putih
berperan dalam melawan infeksi. Penurunan jumlah leukosit dapat terjadi karena
infeksi usus, keracunan bakteri, septicoemia, kehamilan, dan partus. Jumlah
leukosit dipengaruhi oleh kondisi tubuh, stress, kurang makan atau disebabkan
oleh faktor lain (Sadikin, 2001). Menurut hasil praktikum menunjukan bahwa pada
semua hewan uji, yaitu ikan, ayam dan mencit kandungan leukosit dalam darah
lebih sedikit dibandingkan eritrosit. Hasil ini menunjukkan bahwa kondisi tubuh
hewan uji normal.
IV.
KEIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Cara pengambilan sampel darah pada ayam
yaitu usap sayap bagian vena dengan tissue yang diberi alkohol. Masukkan jarum
suntik ke dalam pembuluh darah sayap
yang sudah diolesi alkohol tersebut. Darah diisap pelan-pelan dengan spuit
injeksi. Pada mencit yang dilakukan yaitu di bagian pembuluh darah di ekor
mencit tersebut. Pengambilan darah pada ikan dilakukan dibagian gonadnya.
Masing-masing hewan uji sebelum diisap darahnya, kain tissue yang sudah dibasuh dengan alkohol diusap 1 arah tetapi
pelan-pelan.
2. Cara
menghitung eritrosit yaitu dengan cara E x 5000. Hasilnya 1.15 5.000 sel/mm3.
Sedangkan cara menghitung leukosit dengan cara L x 25. Hasilnya 2.300 sel/mm3.
Cara mengukurvkadar hemoglobin dengan cara menggunakan tabung Sahli, diperoleh
kadar hemoglobin sebesar 8.2 gr/dl.
B.
Saran
1. Dalam
melakukan praktikum diharap asisten dapat memanfaatkan jumlah praktikan yang
ada dengan membagi tugas.
2. Praktikan
diharap lebih teliti dalam melakukan perhitungan eritrosit maupun leukosit.
DAFTAR
REFERENSI
Achmad Shawaludin Ali, dkk. 2013. Jumlah
eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit pada berbagai jenis itik lokal
terhadap penambahan probiotik dalam ransum Jurnal Ilmiah Peternakan.Vol 1(3): 1001-1013
Bloom dan Fawcett.
1994. Buku Ajar Histologi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dwidjoseputro.
1978. Dasar-dasar Mikrobiologi. Surabaya:
Djambatan.
Etim et al. 2014.
Haematological Parameters and Factors Affecting Their Value. Journal of Science and Education Centre of
North America. Vol. 2 no. 1.
Farid, M., Rahmat
H., dan M. Andry W. 2014. Hemositometer. Banjarmasin:
Politeknik Kesehatan Banjarmasin.
Guyton, A. C. 1976. Text Book of Medical Physiology.London:
W. B. Saunders Company Philadelphia.
Hadikastowo. 1982. Zoologi Umum. Bandung : Unpad.
Karsheva, M., Dinkova, P., Pentehev, I., Ivanova, T. 2009. Blood
Rheology- A key for Blood Circulation in Human Body. Journal of the
University of Chemical Technology and Metallurgy.Vol. 44, 1, pp 50-54
Nurcholis, A., Aziz, M. dan Muftuch. 2013. Ekstrasi Fitur
Roudness untukMenghitung Jumlah Eritrosit dalam Citra Sel Darah Ikan. Jurnal
EECIS. Vol. 7(1).
Pearce,
Evelyn. C. (2006); Anatomi dan Fisiologi
Untuk Paramedis. Jakarta: PT.Gramedia
Pustaka Utama.
Peodjiadi, Anna. 1994. Dasar – dasar Biokimia. Jakarta : UI Press
Riswanto, 2013. Pemeriksaan
Laboratorium Hematologi. Jogjakarta : Alfa media & Kanal Medika
Sacher, Ronald A.
dan Richard A. McPherson. 2000. Tinjauan
Klinis Hasil Pemeriksaan Lanoratorium. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sadikin, M. 2001. Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medik.
Sartika, Tike, S.
Iskandar, L. H. Prasetyo, H. Takahashi. 2004. Kekerabatan Genetik Ayam Kampung,
Pelung, Sentul dan Kedu Hitam dengan Menggunakan Penanda DNA Mikrosatelit: I.
Grup Pemtaan pada Makro Kromosom. Jurnal
Peternakan. Vol. 9 (2): 82.
Soetrisno.
1987. Diktat Fisiologi Ternak.
Fakultas Peternakan Unsoed, Purwokerto.
Yuwono, E. 2001. Buku Ajar Fisiologi Hewan I. Purwokerto : Fakultas Biologi Unsoed.
No comments:
Post a Comment